Selama lebih dari empat dekade, China menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat. Bank Dunia menjulukinya “perluasan ekonomi tercepat yang berkelanjutan oleh sebuah negara besar dalam sejarah.”
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata 9,5 persen hingga 2018. Namum, perkembangan yang cepat itu menyebabkan banyak keluarga hidup di bawah garis kemiskinan, yang menurut Beijing sudah teratasi pada Februari lalu. Kini Beijing menyasarkan pada upaya mengurangi kesenjangan pendapatan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Presiden Xi Jinping mengatakan mencapai kemakmuran bagi semua lapisan masyarakat bukan sekedar sebuah isu ekonomi, melainkan isu politik yang penting bagi keberlangsungan kekuasaan Partai Komunis China. Xi mengatakan hal itu di hadapan Konferensi Penuntasan Kemiskinan pada 25 Februari 2021.
Menurut sebuah laporan dari Kantor Penelitian Kongres pada Juni 2019., China berhasil melipatgandakan rata-rata PDB setiap delapan tahun dan membantu sekitar 800 juta warga keluar dari perangkap kemiskinan.
Namun, seiring dengan kedewasaan ekonomi yang dicapai, laporan itu menyatakan pertumbuhan PDB juga mengalami kelambanan, dari 14,2persen pada pada 2007 menjadi 6,6 persen pada 2018. Pertumbuhan itu menurut proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) akan jatuh ke tingkatan 5,5 persen pada 2024. Ini merupakan angka perkiraan dari masa periode sebelum pandemi.
Seorang peneliti ekonomi pedesaan China yang meminta namanya tidak disebut karena khawatir dengan pembalasan dari pemerintah, kepada VOA menyatakan bahwa retorika Presiden Xi menunjukkan Partai Komunis akan memusatkan perhatian pada pengurangan ketidak-setaraan ekonomi.
“China dihadapkan pada pembangunan yang tidak merata selama bertahun-tahun,” kata sumber itu kepada VOA. “Pada tahun 1990-an, sebagian kalangan berpendapat kota-kota di China seperti di Eropa, sementara di daerah pedesaan seperti tempat paling miskin di Afrika. Kesenjangan pendapatan kota – desa itu semakin membesar sejak saat itu.” [jm/mg]