China hari Senin (31/5) mengecam Amerika karena “mempolitisasi” pelacakan asal virus corona, dengan mengatakan itu telah menghalangi upaya internasional untuk “memerangi wabah dan menyelamatkan nyawa.”
Pernyataan ini disampaikan setelah Amerika dan Inggris meningkatkan seruan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengkaji secara lebih mendalam kemungkinan asal muasal Covid-19, termasuk melakukan kunjungan lagi ke China, ke tempat perebakan pertama pada manusia terdeteksi.
Dorongan baru ini datang setelah Presiden Amerika Joe Biden menginstruksikan badan-badan intelijen Amerika untuk “melipatgandakan” upaya menemukan informasi tentang bagaimana pandemi ini berawal.
Beijing menganggap perintah itu sebagai manipulasi politik. “Kami menilai pekerjaan pelacakan virus harus bergantung pada ilmuwan, dibanding pada personil intelijen,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam konperensi pers harian.
Wang mendesak Amerika dan sekutu-sekutunya untuk “tidak menyabotase” kerjasama penelusuran asal muasal Covid-19 “untuk tujuan politik tersembunyi.”
Dalam laporan pertama Maret lalu, sejumlah pakar WHO dan China mengatakan skenario yang paling mungkin tentang pandemi ini adalah penularan dari kelelawar ke manusia, lewat hewan perantara; dan “hampir tidak mungkin” jika virus corona merupakan kecelakaan laboratorium.
Ditanya tentang laporan Jumat lalu (28/5) bahwa pemerintah Amerika memblokir impor makanan laut dari sebuah perusahaan China yang menurut pihak berwenang mempekerjakan paksa sejumlah orang dalam kondisi seperti perbudakan, Wang mengatakan “tuduhan itu jelas rekayasa total.”
Badan Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai Amerika CPB mengatakan akan segera menangguhkan impor apapun yang terkait dengan lebih dari 30 kapal yang dioperasikan oleh Dalian Ocean Fishing, berdasarkan UU yang melarang barang-barang yang diduga diproduksi dengan kerja paksa.
“Dalian Ocean Fishing tidak pernah menjual produk apapun ke Amerika, jadi sebenarnya tidak ada yang bisa disita Amerika,” bantah Wang.
Secara terpisah Wang mendesak Australia dan Selandia Baru untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri China “dengan kedok hak asasi manusia.”
Dalam pertemuan tatap muka pertama – sejak merebaknya virus corona – Perdana Menteri Australia Scott Morison dan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyampaikan keprihatinan mendalam tentang kondisi hak asasi manusia di Xinjiang, di barat laut China; dan menuntut China mengizinkan kunjungan “bermakna” oleh PBB dan pihak-pihak lain ke wilayah itu.
“Kami sekali lagi mendesak pihak terkait untuk berhenti membuat pernyataan yang tidak bertanggungjawab dan melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi perkembangan hubungan bilateral dan perdamaian, serta stabilitas di kawasan,” tegas Wang. [em/ka]