Sebuah komisi Nigeria menyerukan pembatalan lelang patung-patung Nigeria yang dijadwalkan berlangsung Senin (29/6), di Paris.
Komisi tersebut menyatakan, patung-patung itu merupakan hasil curian. Namun, rumah lelang Christie menolaknya dengan mengatakan karya-karya seni itu diperoleh dengan cara sah sesuai hukum dan transaksi akan tetap dilakukan.
Seruan itu dikeluarkan sebelumnya bulan ini oleh Chika Okeke-Agulu, tokoh asal Nigeria yang merupakan lulusan Universitas Princeton, AS. Ia, bersama Komisi Museum dan Monumen Nasional Nigeria mengatakan, benda-benda itu dijarah sewaktu perang Biafran berkecamuk pada akhir 1960-an
Okeke-Agulu, anggota suku Igbo di Nigeria, mengatakan, patung-patung itu dijarah dalam suatu aksi kekerasan di Anambra, negara bagian di mana ia dibesarkan, sehingga tidak boleh diperjualbelikan. Sebuah petisi online dengan lebih dari 2.000 penandatangan menuntut agar lelang itu dibatalkan.
Petisi tersebut mengatakan, gerakan "Black Lives Matter" yang kini sedang bergaung dan mempersoalkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan rasial yang sistemik, bukan hanya mengenai hak warga kulit hitam melainkan juga mengenai kebudayaan, identitas dan seni yang dirampas.
Petisi itu mengklaim, antara 1967 dan 1970, sewaktu perang saudara Biafran bergejolak dan lebih dari 3 juta orang sekarat, seorang pemburu harta Eropa merampas benda-benda warisan budaya Nigeria.
Lembaga lelang Christie belum mengeluarkan pernyataan terkait petisi itu. Pengadilan-pengadilan Prancis, dalam beberapa tahun terakhir, sering mengeluarkan keputusan mendukung rumah-rumah lelang terkait transaksi benda-benda suci. Padahal, aksi-aksi rumah lelang itu banyak dipersoalkan organisasi-organsasi HAM. [ab/uh]