Ancaman nuklir Rusia menyedot perhatian pejabat tinggi intelijen Amerika Serikat (AS), di mana sebagian di antaranya mengungkapkan kekhawatiran yang berkembang mengenai kesungguhan Kremlin untuk meluncurkan beberapa senjata nuklirnya karena mengalami “potensi keputusasaan” terkait misi mereka di Ukraina.
Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) AS, William Burns, memperingatkan pada Kamis (14/4) bahwa dunia tidak boleh meremehkan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang semakin berani mengambil risiko “seiring menguatnya cengkeramannya di Rusia.”
“Mengingat potensi keputusasaan Presiden Putin dan kepemimpinan Rusia akibat kemunduran yang mereka hadapi sejauh ini secara militer, tidak boleh satu pun diantara kita yang patut menganggap enteng ancaman penggunaan senjata nuklir taktis atau senjata nuklir skala rendah,” ungkap Burns dalam pidatonya di hadapan mahasiswa Institut Teknologi Georgia di Atlanta, alias Georgia Tech.
“Kami jelas sangat prihatin,” ungkapnya, mengingat Putin memiliki “keyakinan yang hampir bersifat mistis bahwa takdirnya adalah untuk memulihkan lingkup pengaruh Rusia,” yang termasuk membawa Ukraina kembali ke tangan Kremlin.
Rusia pertama kali menempatkan pasukan penangkal nuklirnya dalam status siaga tinggi pada 27 Februari lalu, tiga hari setelah mengirim pasukannya ke Ukraina, dengan alasan munculnya berbagai pernyataan agresif dari pihak NATO dan sanksi-sanksi ekonomi Barat.
Pada Kamis (14/4), salah satu sekutu terdekat Putin juga memperingatkan bahwa Rusia akan menempatkan hulu ledak nuklir di Baltik apabila Swedia dan Finlandia memutuskan untuk bergabung dengan NATO.
“Tidak ada lagi pembicaraan tentang status bebas nuklir untuk Baltik – keseimbangan harus dipulihkan,” kata Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.
Medvedev mengatakan, Rusia akan menempatkan hulu ledak di Kaliningrad, teritori Rusia di Laut Baltik, yang berjarak 500 kilometer dari Berlin dan kurang dari 1.400 kilometer dari London dan Paris.
Menteri Pertahanan Lithuania meremehkan ancaman tersebut dengan menyebutnya bukan hal baru.
“Senjata nuklir selalu tersimpan di Kaliningrad… komunitas internasional, negara-negara di kawasan, tahu baik tentang hal ini,” kata Arvydas Anusauskas kepada layanan berita BNS Lithuania.
Meski demikian, Direktur CIA William Burns tetap memperingatkan bahwa ancaman nuklir Rusia patut diwaspadai.
“Saya telah belajar selama bertahun-tahun untuk tidak pernah meremehkan tekad Putin yang tak kenal lelah, terutama menyangkut Ukraina,” kata Burns, yang bertemu dengan Putin di Moskow November lalu, berharap dapat mencegah pemimpin Rusia itu meluncurkan invasi ke Ukraina.
Terlepas dari kekhawatirannya, direktur CIA itu mengatakan bahwa intelejen AS belum melihat bukti bahwa Rusia sedang bersiap meluncurkan senjata nuklir. [rd/em]