Amerika Serikat yakin Rusia telah meremehkan kekuatan perlawanan warga Ukraina sebelum melancarkan invasi pada 24 Februari lalu yang kemungkinan juga telah menewaskan ribuan warga Rusia, demikian ujar seorang pejabat tinggi intelijen pemerintahan Presiden Joe Biden di hadapan Kongres Amerika Serikat, pada Selasa (8/3).
Kesaksian dalam sidang Komite Intelijen DPR itu merupakan pengungkapan pertama pejabat intelijen paling senior di hadapan publik tentang bagaimana perang yang telah berlangsung selama dua minggu itu. Kesaksian itu juga memberikan masukan tentang pemikiran dan motif Presiden Rusia Vladimir Putin ketika pasukannya melanjutkan serangan ke Ukraina.
Para pejabat menegaskan penilaian mereka bahwa serangan Rusia telah diperlambat oleh perlawanan tak terduga yang dilakukan oleh warga Ukraina, dan bahwa sekarang tidak jelas apakah Putin akan melanjutkan serangan dengan strategi “maksimal” untuk berupaya merebut seluruh Ukraina, atau akan menerima sesuatu yang kurang dari itu.
Apapun itu para pejabat mengatakan mereka yakin Putin bertekad melanjutkan invasinya meskipun telah jatuh banyak korban, sanksi-sanksi global dan upaya negara-negara Barat untuk mengisolasi Kremlin, termasuk larangan Amerika atas impor minyak Rusia.
Pejabat-pejabat Amerika yang memberi kesaksian pada Selasa (8/2) itu mencatat bahwa invasi tersebut berlangsung sesuai perkiraan mereka, berbeda dengan penilaian Putin tentang kecepatan pasukannya untuk menguasai negara.
Direktur Badan Intelijen Amerika (CIA) William Burns mencontohkan bagaimana Putin telah berusaha merebut ibu kota Kyiv dalam waktu dua hari setelah invasi, tetapi hingga dua minggu setelah invasi masih belum dapat merebut sepenuhnya ibu kota.
“Ia (Putin.red) yakin telah memodernisasi militernya dan mampu meraih kemenangan dengan cepat, serta biaya minimum. Dalam segala hal ia terbukti salah,” ujar Burns, yang juga dikenal sebagai pakar Rusia dan mantan pejabat tinggi Departemen Luar Negeri di Moskow. “Asumsi-asumsi itu terbukti sangat salah dalam 12 hari terakhir konflik ini.”
Direktur Badan Pertahanan Intelijen Letjen Scott Berrier mengatakan pasukan Rusia yang tewas dalam invasi itu mungkin mencapai 2.000 – 4.000 orang, meskipun tingkat perkiraan itu “rendah.”
Meskipun demikian pasukan Rusia berhasil mengepung kota-kota Ukraina, memotong jalur pangan, air bersih, dan obat-obatan; serta menggempur dengan penembakan secara terus menerus yang membahayakan upaya mengevakuasi warga sipil dari kota pelabuhan Mariupol yang berpenduduk 430.000 jiwa. [em/jm]