Para ilmuwan mengatakan Cilantro, rempah favorit bagi masakan di Meksiko dan Asia Tenggara, didapati sebagai bahan "biosorbent" atau penyerap biomassa yang menjanjikan untuk membersihkan logam-logam berat yang masuk ke air tanah dari berbagai pabrik di negara berkembang.
Dikenal juga sebagai peterseli Thailand dan ketumbar, Cilantro murah dan melimpah di beberapa negara yang paling tercemar di dunia, di mana tempat-tempat pembuangan sampah kota dan pabrik-pabrik memproduksi banyak limbah berbahaya seperti timbal, tembaga, arsenik, kadmium dan merkuri. Teknologi yang lebih canggih telah digunakan di negara-negara Barat untuk membersihkan limbah logam berat, termasuk penggunaan karbon aktif yang mahal.
Awal tahun ini, Douglas Schauer, kepala program teknologi kimia di Ivy Tech Community College di Lafayette, Indiana, memimpin sejumlah mahasiswa di Tula Valley di dekat Mexico City, dalam pencarian bahan murah dan berlimpah yang dapat digunakan untuk menyaring limbah polusi industri di air tanah. Mereka menguji sejumlah tanaman liar berlimpah, yang dapat dikeringkan dan dihancurkan.
"Kemudian kami masukan ke dalam larutan air yang mengandung sejumlah timbal. Logam yang kita gunakan dalam pengujian ini. Dikocok sedikit, dan kemudian kita membiarkan partikel-partikel mengendap, dan kemudian kita menguji air itu untuk melihat berapa banyak timbal yang masih tersisa," papar Schauer.
Schauer mengatakan uji-coba dari para siswanya menunjukkan Cilantro merupakan salah satu tanaman yang paling efektif untuk menyerap timbal dari air yang tercemar.
Ia mengatakan beberapa tanaman bersifat biosorbent dikarenakan sel-sel mikroskopik yang membentuk dinding sel tanaman.
Terlepas dari cara kerjanya, Schauer merekomendasikan ketumbar sebagai pemurni air bagi orang-orang yang tinggal dekat pabrik yang mencemari, atau di daerah perkotaan seperti Tula Valley, di mana kota Mexico City membuang semua limbah kota dengan tidak diolah.
"Harapan kami adalah bagi orang yang tinggal di daerah itu dengan mudah pergi ke pekarangan mereka dan mengambil segenggam daun Cilantro, dikeringkan selama beberapa hari di atas batu di bawah sinar matahari, dan kemudian mungkin dengan hanya sedikit daun Cilantro kering dapat memurnikan satu teko air," terang Schauer lagi.
Schauer yakin daun Cilantro kering suatu hari nanti bisa dikemas seperti sekantong teh, atau dapat digunakan sebagai penyaring air untuk menyerap logam berat.
Temuan studi lapangan terkait Cilantro di Meksiko itu dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Chemical Society di Indiana pada tahun ini.
Dikenal juga sebagai peterseli Thailand dan ketumbar, Cilantro murah dan melimpah di beberapa negara yang paling tercemar di dunia, di mana tempat-tempat pembuangan sampah kota dan pabrik-pabrik memproduksi banyak limbah berbahaya seperti timbal, tembaga, arsenik, kadmium dan merkuri. Teknologi yang lebih canggih telah digunakan di negara-negara Barat untuk membersihkan limbah logam berat, termasuk penggunaan karbon aktif yang mahal.
Awal tahun ini, Douglas Schauer, kepala program teknologi kimia di Ivy Tech Community College di Lafayette, Indiana, memimpin sejumlah mahasiswa di Tula Valley di dekat Mexico City, dalam pencarian bahan murah dan berlimpah yang dapat digunakan untuk menyaring limbah polusi industri di air tanah. Mereka menguji sejumlah tanaman liar berlimpah, yang dapat dikeringkan dan dihancurkan.
"Kemudian kami masukan ke dalam larutan air yang mengandung sejumlah timbal. Logam yang kita gunakan dalam pengujian ini. Dikocok sedikit, dan kemudian kita membiarkan partikel-partikel mengendap, dan kemudian kita menguji air itu untuk melihat berapa banyak timbal yang masih tersisa," papar Schauer.
Schauer mengatakan uji-coba dari para siswanya menunjukkan Cilantro merupakan salah satu tanaman yang paling efektif untuk menyerap timbal dari air yang tercemar.
Ia mengatakan beberapa tanaman bersifat biosorbent dikarenakan sel-sel mikroskopik yang membentuk dinding sel tanaman.
Terlepas dari cara kerjanya, Schauer merekomendasikan ketumbar sebagai pemurni air bagi orang-orang yang tinggal dekat pabrik yang mencemari, atau di daerah perkotaan seperti Tula Valley, di mana kota Mexico City membuang semua limbah kota dengan tidak diolah.
"Harapan kami adalah bagi orang yang tinggal di daerah itu dengan mudah pergi ke pekarangan mereka dan mengambil segenggam daun Cilantro, dikeringkan selama beberapa hari di atas batu di bawah sinar matahari, dan kemudian mungkin dengan hanya sedikit daun Cilantro kering dapat memurnikan satu teko air," terang Schauer lagi.
Schauer yakin daun Cilantro kering suatu hari nanti bisa dikemas seperti sekantong teh, atau dapat digunakan sebagai penyaring air untuk menyerap logam berat.
Temuan studi lapangan terkait Cilantro di Meksiko itu dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Chemical Society di Indiana pada tahun ini.