Hillary Clinton, salah satu bakal calon presiden Amerika dari Partai Demokrat, telah meminta maaf menggunakan jaringan email pribadi semasa menjabat sebagai menteri luar negeri.
Hal itu diutarakan Clinton dalam wawancara dengan saluran televisi ABC. “Itu adalah sebuah kesalahan. Saya meminta maaf. Saya bertanggungjawab,” kata Clinton dalam klip tujuh detik yang dirilis ABC hari Selasa (8/9).
“Saya berusaha untuk sebisa mungkin transparan,” ujarnya.
Permintaan maaf itu mengindikasikan perubahan sikap Clinton, yang angka dukungannya akhir-akhir ini terus turun dalam banyak jajak pendapat.
Baru hari Senin kemarin, dalam wawancara dengan kantor berita AP, Clinton berkeras tidak perlu minta maaf karena memakai jaringan email pribadi. “Hal demikian diizinkan oleh Departemen Luar Negeri,” katanya. Minggu lalu, dalam wawancara dengan stasiun televisi NBC, Clinton mengungkapkan penyesalan terkait skandal itu tetapi tidak meminta maaf.
Popularitas Clinton terus merosot dalam serangkaian jajak pendapat setelah lama unggul secara nasional.
Dalam survei Universitas Monmouth hari Selasa, dukungan bagi Clinton diantara pemilih Demokrat turun 18 poin ke 42 persen sejak April. Survei oleh NBC/Marist akhir pekan lalu menunjukkan Clinton kalah sembilan poin dari calon Demokrat lainnya, Bernie Sanders, di negara bagian penting New Hampshire. Dalam jajak pendapat oleh Survey USA minggu lalu, Clinton tertinggal lima persen dari unggulan Partai Republik yaitu Donald Trump (40-45).
Skandal email ini telah mengganggu kampanye Clinton berbulan-bulan. Pihak pengecam mengatakan Clinton tidak bisa dipercaya dan menyembunyikan banyak rahasia karena memakai jaringan email pribadi.
Clinton tahun lalu menyerahkan sekitar 55.000 halaman email yang ia terima dan kirim ketika menjadi menteri luar negeri tahun 2009-2013.