Pada saat jumlah kasus baru virus corona dan pasien rawat inap di rumah sakit di Hungaria memecahkan rekor terbanyak, seorang pemilik toko permen cokelat berpikir, bagaimana ia dapat ikut membantu dan mendorong agar lebih banyak orang ikut program vaksinasi COVID-19.
Menjelang Paskah, Laszlo Rimoczi, seorang pemilik toko permen cokelat di Hungaria, meluncurkan sebuah produk baru buatan tangannya, yaitu cokelat berbentuk kelinci yang sedang memegang alat suntik vaksin. Ia berharap, produk barunya itu dapat menyampaikan pesan yang positif.
"Kami telah memproduksi cokelat berbentuk kelinci ini selama 5-6 tahun. Namun untuk pertama kalinya tahun ini, kami mendekorasinya dengan alat suntik vaksin terbuat dari cokelat. Dengan cokelat-cokelat ini, kami ingin mengambil langkah positif untuk melangkah maju pada masa virus corona yang sulit ini," jelasnya.
Di dalam toko mungilnya yang terletak di kota Lajosmizse, sekitar 70 kilometer di selatan ibu kota Budapest itu, tampak pajangan cokelat berbentuk kelinci dalam berbagai ukuran yang sedang memegang alat suntik vaksin.
Hungaria sedang mengalami gelombang ketiga pandemi virus corona dan program vaksinasi sedang dijalankan dengan gencar.
Pembuat coklat Rimoczi ingin turut berperan dalam menekankan pentingnya vaksinasi sambil menatap ke masa depan dan kepulihan dari pandemi virus corona. Menurutnya, vaksin itu melambangkan secercah harapan.
"Saya tidak ingin lagi menaruh masker pada cokelat kelinci ini. Saya tidak ingin lagi menaruh perhatian pada penutupan, namun sebaliknya, terhadap pembukaan. Bagi saya, vaksinasi merupakan solusi dan peluang yang baik untuk masa depan. Hanya vaksin yang dapat menyembuhkan dunia. Saya kira, produk saya ini memberikan pesan yang positif," imbuhnya.
Bisnis Rimoczi, berupa sebuah toko permen cokelat kecil yang terhubung dengan dapurnya, mengalami kerugian besar tahun lalu akibat pandemi virus corona.
Ia terpaksa mem-PHK tiga karyawannya dan kini memproduksi cokelat dan mengurus tokonya sendirian. Sama seperti tahun lalu, tahun ini, ia akan menghabiskan banyak waktunya di dapur cokelatnya.
"Sayangnya, setelah virus melanda Hungaria, banyak ajang kuliner yang dibatalkan, dan kami kehilangan sebagian besar mitra dagang kami. Karena banyak pesta pernikahan yang dibatalkan, pesanan kue pengantin yang selalu menjadi sumber utama penghasilan saya, turun secara drastis. Saya harus memutuskan kontrak kerja dengan tiga pegawai saya," kata Rimoczi.
Sementara Hungaria muncul sebagai pemimpin dalam program vaksinasi COVID-19 di Uni Eropa, kasus baru virus corona telah terdeteksi pada tingkat tertinggi, membuat kewalahan sistem layanan kesehatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan melonjakkan jumlah kematian akibat COVID-19.
Pemerintah Hungaria berharap vaksinasi massal akan mengakhiri lonjakan kasus baru pada masa pandemi. Ini merupakan strategi yang dilakukan dengan membeli vaksin dari negara di luar Uni Eropa.
Pada bulan Februari, Hungaria menjadi negara pertama di Uni Eropa yang menggunakan vaksin Sinopharm buatan Tiongkok dan vaksin Sputnik V buatan Rusia. [lj/uh]