Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi memiliki tanggung jawab moral untuk mencoba meredakan ketegangan antara masyarakat Buddhis yang mayoritas dan minoritas Muslim Rohingya, menurut sesama pemenang Hadiah Nobel, Dalai Lama.
Pemimpin spiritual Tibet itu mengatakan ia telah menekankan isu tersebut dalam pertemuan-pertemuan dengan Suu Kyi, yang naik ke tampuk kekuasaan bulan April dengan memegang jabatan yang baru diciptakan sebagai konselor pemerintah, menyusul pemilihan umum demokratis pertama di Myanmar dalam lima dekade.
"Ia sudah mendapatkan Hadiah Nobel untuk Perdamaian, seorang peraih Nobel, jadi secara moral ia seharusnya... membuat upaya untuk mengurangi ketegangan antara komunitas Buddhis dan komunitas Muslim," ujarnya kepada kantor berita Reuters dalam sebuah wawancara di Washington.
"Saya mengatakan kepadanya ia seharusnya berbicara lebih terbuka."
Kekerasan antara Buddhis dan Muslim dalam beberapa tahun terakhir telah membayangi kemajuan dalam reformasi demokrasi di Myanmar. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mengecam keengganan Suu Kyi untuk berbicara mengenai penderitaan Rohingya.
Dalai Lama mengatakan Suu Kyi, yang dihormati di seluruh dunia dan peraih Hadiah Nobel untuk Perdamaian karena mendorong perubahan demokratis di tengah kekuasaan militer, menanggapi desakannya dengan mengatakan bahwa situasinya "sangat rumit."
"Jadi saya tidak tahu juga," ujarnya.
Ada kekejaman yang meluas terhadap Muslim Rohingya di negara dengan mayoritas rakyatnya Buddhis itu, termasuk diantaranya dalam partai Suu Kyi dan para pendukungnya.
Lebih dari 100 orang tewas dalam kekerasan di negara bagian Rakhine tahun 2012, dan sekitar 125.000 Muslim Rohingya, yang tidak berkewarganegaraan, mengungsi di kamp-kamp dimana pergerakan mereka sangat dibatasi.
Dalai Lama mengatakan beberapa biksu Buddhis di Myanmar "kelihatannya memiliki perilaku negatif terhadap Muslim" dan orang-orang Buddha yang berpikiran seperti itu "seharusnya ingat wajah Buddha."
"Jika Buddha masih ada, jelas ia akan melindungi saudara-saudara Muslim," ujarnya.
Suu Kyi mengatakan dalam kunjungan Menteri Luar Negeri AS John Kerry bulan lalu bahwa negara itu memerlukan "ruang yang cukup" untuk mengatasi isu Rohingya dan ia mengingatkan untuk tidak menggunakan "istilah-istilah yang emosional," yang menurutnya akan membuat situasi lebih sulit.
"Sangat penting bagi komunitas internasional untuk menyadari situasi yang sensitif di negara bagian Rakhine, dan menghindari melakukan apa pun yang akan memperburuk keadaan dan membuat pemerintah baru lebih sulit mengatasinya," ujar Zaw Htay, juru bicara kantor Suu Kyi, ketika dimintai komentar atas pernyataan Dalai Lama.
Zaw Htay mengatakan Suu Kyi telah mencoba "mengatasi masalah ini sebisa mungkin sesuai kemampuannya," mengacu kepada komite baru yang dipimpin Suu Kyi untuk membawa perdamaian dan pembangunan untuk negara bagian Rakhine.
Pemerintah tidak memberikan rincian mengenai bagaimana komite tersebut akan menanggulangi masalah-masalah Rakhine. [hd]