Tautan-tautan Akses

Dampak Pandemi Virus Corona pada Industri Film AS, China


Para pejalan kaki berjalan melintas bioskop Nitehawk yang ditutup karena wabah virus corona (COVID-19) di Brooklyn, Kota New York, AS, 22 Maret 2020. (Foto: Reuters)
Para pejalan kaki berjalan melintas bioskop Nitehawk yang ditutup karena wabah virus corona (COVID-19) di Brooklyn, Kota New York, AS, 22 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Pandemi virus corona telah menutup bioskop-bioskop film dan menyebabkan rilis film baru ditunda di AS dan China, dua pasar film terbesar di dunia. Tim VOA melaporkan tentang bagaimana pandemi ini mempengaruhi para penonton dan produsen film di kedua negara itu.

Penonton film di China berkembang tercepat di dunia, dan pasar ini jadi incaran Hollywood.

"Studio Hollywood banyak membuat film dengan mempertimbangkan pasar China," ujar Ayne Kokas, dari Jurusan Studi media, Universitas Virginia.

Salah satunya, Mulan, film Disney yang diharapkan bisa menuai kesuksesan di China. Namun, wabah virus corona membuat premier film di China dan Amerika terpaksa ditunda.

Para pakar mengatakan penutupan bioskop dan produksi di kedua negara itu akan berdampak buruk pada ekonomi.

"Industri film China dan AS sangat terkait satu sama lain. Semakin banyak investasi China dalam studio film Hollywood. Perusahaan terkenal seperti Ali Baba atau Tencent juga berinvestasi dalam film," imbuh Kokas.

Seperti Top Gun: Maverick. Namun pakar film memperkirakan situasi ini akan berubah.

"Menyusul situasi ekonomi di China, sepertinya kita akan melihat penarikan investasi dari pemerintah China. Di satu sisi, itu akan membatasi investasi China di Hollywood," papar Kokas.

Sebagian studio di kedua negara beralih ke layanan streaming sebagai alternatif dari layar lebar, selama pandemi.

Media Huanxi China menayangkan film "Lost in Russia" gratis secara online.

Universal akan merilis "Trolls World Tour" lewat Video on Demand.

Mobil-mobil di bioskop terbuka (drive-in) seiring dengan makin meluasnya wabah virus corona (COVID-19) di Essen, Jerman, 27 Maret 2020. (Foto: Reuters)
Mobil-mobil di bioskop terbuka (drive-in) seiring dengan makin meluasnya wabah virus corona (COVID-19) di Essen, Jerman, 27 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Universal juga menyewakan secara online film-film yang tadinya ada di bioskop seperti Invisible Man. Namun ada kekurangannya.

"Upaya ini tidak berkesinambungan untuk jangka lama. Tidak baik bagi bioskop maupun studio, karena selama ini pemasukan terbesar datang dari bioskop," papar Stanley Rosen, pakar politik dari Universitas Southern California.

Apabila bioskop tutup untuk waktu lama karena pandemi, perilaku konsumen mungkin juga akan berubah.

"Apakah orang-orang akan kembali mendatangi bioskop? Sebelumnya jumlah pengunjung juga sudah berkurang karena begitu banyak pilihan hiburan di rumah. Saya perkirakan akan ada pergeseran perilaku konsumen," kata Kokas.

Perubahan dalam industri film di China dan Amerika nantinya, akan bergantung pada berapa lama pembatasan sosial akan berlangsung dan seperti apa kehidupan normal yang baru setelah pandemi. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG