Sehari setelah serangan berdarah di Paris, Hillary Rodham Clinton menunjukkan dirinya sebagai panglima tertinggi di Amerika, meskipun ia harus membela perannya dalam melawan kebangkitan militan ISIS.
“Pemilu ini bukan hanya soal memilih presiden, tetapi juga memilih panglima tertinggi yang baru,” ujar Clinton dalam debat kedua para kandidat calon presiden dari Partai Demokrat Sabtu malam (14/11).
“Semua isu lain yang akan kita hadapi, tergantung pada apakah kita aman dan kuat,” tegasnya.
Di tengah kecemasan global, Clinton berada dalam posisi di mana ia harus menangkis berbagai pertanyaan, tidak saja tentang kebijakan luar negerinya dulu, tetapi juga tentang ekonomi.
Senator Bernie Sanders dari Vermont dan mantan Gubernur Maryland Martin O’Malley menggambarkan Clinton – mantan senator dari New York – sebagai kaki-tangan Wall Street dan kepentingan korporasi.
“Ayo jangan naif,” ujar Sanders – yang mengatakan bahwa Clinton mendapat jutaan dolar dana kampanyenya dari para bankir di Wall Street.
“Mereka mengharapkan sesuatu. Semua orang tahu hal itu,” tambah Sanders.
Komentar-komentar tajam itu menunjukkan perubahan dalam pemilihan tingkat pendahuluan, yang selama ini tampak lebih sopan daripada yang berlangsung dalam kubu Partai Republik. [em/ii]