Tim Dana Moneter Internasional (IMF) tiba di Sri Lanka pada Senin (20/6) untuk merundingkan program dana talangan yang sangat diperlukan oleh negara itu.
Sri Lanka menghadapi krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaan pada 1948. Buruknya manajemen ekonomi selama puluhan tahun dan kebijakan yang gagal baru-baru ini serta dampak COVID-19 terhadap pariwisata dan pengiriman uang, menyusutkan cadangan devisa ke tingkat terendah.
Negara berpenduduk 22 juta itu menangguhkan angsuran terhadap utang $12 miliar atau Rp178 triliun pada April.
PBB telah memperingatkan bahwa naiknya inflasi, merosotnya nilai mata uang dan kelangkaan BBM, pangan dan obat-obatan bisa bergulir menjadi krisis kemanusiaan.
Tim IMF itu, yang mengunjungi Colombo hingga 30 Juni, akan melanjutkan perundingan baru-baru ini mengenai apa yang akan menjadi program penyelamatan ke-17 Sri Lanka, kata IMF pada Minggu (20/6).
"Kami tegaskan kembali komitmen kami untuk mendukung Sri Lanka pada masa yang sulit ini, sejalan dengan kebijakan-kebijakan IMF," kata pemberi pinjaman global itu dalam pernyataan.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan pada bulan ini bahwa program IMF penting untuk mengakses pendanaan dari sumber-sumber seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. [vm/ah]