Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun di depan istana pemerintah negara bagian Rio de Janeiro hari Minggu, memprotes kejahatan yang dilakukan polisi terhadap warga kulit hitam di favela, atau daerah-daerah permukiman miskin di kota di Brazil itu.
Demonstran berseru, “Saya tak dapat bernafas! Saya tak dapat bernafas!” mengacu pada George Floyd, lelaki kulit hitam yang tewas sewaktu ditahan polisi di Minneapolis, Minnesota.
“Kami di sini hari ini karena kami ingin hidup. Kami di sini hari ini karena kami bosan dengan keadaan genosida ini. Kami di sini untuk mengatakan, tidak lagi, tidak lagi!” kata seorang aktivis, Raull Santiago.
Para demonstran membawa poster-poster bertulisan “Berhenti membunuh kami” dan “Favela menginginkan kedamaian.”
Pada 18 Mei lalu, seorang lelaki kulit hitam berusia 14 tahun tewas dalam operasi yang dilakukan polisi federal di favela Complexo Salgueiro.
Remaja tersebut, Joao Pedro Pinto, sedang berada di rumah bersama sepupunya sewaktu polisi mendobrak masuk rumahnya, diduga mengejar pengedar narkoba, dan menembak mati Pinto.
Protes Black Lives Matter, atau Nyawa Orang Kulit Hitam Berharga, di Rio de Janeiro, terhenti sewaktu polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran.
Pada tahun 2019, polisi Rio menewaskan 1.546 orang dalam berbagai operasi. Itu adalah angka tertinggi sejak 1998 di Brazil, dan sebagian besar terjadi di favela. [uh/ab]