Ribuan orang berdemonstrasi di Aljazair hari Selasa(12/3) menuntut segera dilakukan perubahan dalam pemerintahan. Ini terjadi sehari setelah Presiden Abdelaziz Bouteflika yang sakit-sakitan membatalkan usaha untuk memegang masa jabatan ke-5 tetapi ia tidak mengundurkan diri.
Jumlah besar masa tumpah di beberapa kota besar, dan televisi Ennahar melaporkan pekerja mulai mogok dan melumpuhkan semua operasi di Bejala, kota pelabuhan di Laut Miditeran. Tetapi di ibukota Aljir, kecuali beberapa ratus demonstran, keadaan berjalan biasa.
Presiden Abdelaziz Bouteflika 82 tahun hari Senin menyerah pada demonstrasi yang sudah berminggu-minggu menentang pemerintahannya yang sudah 20 tahun dan berjanji negara akan beralih ke pemerintahan baru. Namun, ia mengundurkan pemilihan presiden yang semula dijadwalkan bulan April artinya ia masih tetap berkuasa untuk sementara waktu.
Diplomat kawakan Lakhdar Brahimi bersama berbagai gerakan pemerotes diperkirakan akan mengadakan pertemuan merencanakan masa depan Aljazair. Menurut beberapa sumber pemerintah dan politik kepada kantor beritaReuters, Bouteflika mengatakan kedua pihak sudah harus selesai dengan tugasnya akhir tahun ini.
Brahimi 80 tahun, mantan menteri luar negeri Aljazair dan utusan khusus PBB diduga akan memimpin pertemuan yang bakal mengawasi peralihan kekuasaan, menyusun Konstitusi baru dan menetapkan tanggal pemilihan, kata sumber-sumber pemerintah.
Meskipun Brahimi luas dihormati, ia bersama yang lain seangkatannya mungkin tidak cocok dengan profil figur yang dapat memberi gairah dan penuh ide baru dan segar kepada Aljazair.
Masa yang tumpah lagi ke jalan hari Selasa menuntut tindakan cepat, mencerminkan adanya kecurigaan bahwa pengawal lama yang mahir memanipulasi kelompok oposisi, mungkin ingin melemahkan dan memecah gerakan pemerotes.
"Seluruh sistem mesti segera pergi. Kami akan meneruskan perjuangan," kata Noureddine Habi umur 25 tahun dan mahasiswa di pusat kota Aljir sementara yang lain meneriakkan ucapan ‘kami mau sistem ini pergi.’ (al)