Demonstrasi diadakan di seluruh Australia untuk memperingati satu tahun bencana nuklir Fukushima. Demonstrasi itu juga merupakan bagian dari hari aksi nasional untuk menghentikan penambangan uranium di Australia.
Berbagai acara diadakan di Sydney, dan di Melbourne demonstrasi diadakan lewat pidato-pidato dan berbagai pertunjukan oleh wakil-wakil masyarakat Jepang di Australia serta masyarakat suku asli Australia, yang khawatir dengan dampak buruk pertambangan terhadap tanah leluhur mereka. Pengheningan cipta berlangsung semenit lamanya bagi para korban bencana gempa, tsunami dan nuklir di Jepang. Demonstrasi itu diikuti dengan pawai melewati kantor pusat perusahaan tambang Australia terbesar, BHP Billiton dan Rio Tinto.
Yayasan Perlindungan Alam Australia menuntut dilakukannya kajian independen mengenai biaya dan akibat-akibat perdagangan uranium Australia dan menegaskan bahwa industri tenaga nuklir telah kehilangan kepercayaan dan kredibilitas dari publik setelah terjadi bencana di Fukushima.
Juru bicara yayasan Dave Sweeney mengatakan Australia harus menghentikan ekspor uranium.
“Di Australia terdapat 40 persen uranium dunia. Kami memasok 20 persen pasar global, dan uranium merupakan bahan bakar dasar untuk tenaga nuklir, bahan bakar dasar untuk senjata nuklir. Pada situasi normal uranium menjadi sampah radioaktif tingkat tinggi dan pada saat genting menjadi bencana Fukushima. Menurut saya, pertanyaan bagi Australia adalah apakah kita mau terus melakukan itu?” paparnya.
Australia tidak menggunakan tenaga nuklir, tetapi negara itu merupakan penghasil uranium ketiga di dunia setelah Kazakhstan dan Kanada, mengekspor hampir 7.000 ton bubuk uranium, bernilai lebih dari 1,2 miliar dolar tahun lalu.
Australia juga punya cadangan uranium terbesar di dunia atau sekitar 46 persen, menurut Departemen Sumber Alam Australia.
Asosiasi Uranium Australia mengatakan bencana di Jepang setahun lalu itu mendorong industri nuklir global menghentikan kegiatannya untuk sementara dan berusaha menarik pelajaran berharga serta menegaskan bahwa banyak negara masih memandang tenaga nuklir sebagai “sumber energi listerik yang aman dan dapat diandalkan.”
Perdana Menteri Australia Julia Gillard memuji ketangguhan dan keberanian rakyat Jepang.
Dalam sebuah pernyataan ia mengatakan peringatan itu akan menjadi “kenangan yang menyakitkan bagi rakyat Jepang.”
Gillard adalah pemimpin asing pertama yang mengnjungi zona bencana itu Maret tahun lalu.