Parlemen Irak melangsungkan pertemuan darurat hari Sabtu (8/9) untuk membahas kerusuhan di Basra yang menewaskan sedikitnya 12 orang dalam demonstrasi beberapa hari terakhir memprotes buruknya layanan publik, angka pengangguran dan korupsi.
Kantor berita Perancis AFP melaporkan aksi demonstrasi pekan ini terjadi setelah 30 ribu orang dirawat di rumah sakit akibat minum air yang tercemar di Basra.
Kementerian Dalam Negeri Irak memberlakukan jam malam di Basra.
Seorang pejabat di bandara Basra mengatakan tiga roket Katyusha menghantam perimeter di bandara itu Sabtu pagi, tetapi tidak ada korban jiwa atau luka-luka. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggungjawab terhadap serangan itu, tetapi insiden itu tidak menghentikan pesawat untuk lepas landas dan mendarat di bandara itu.
Ratusan demonstran di Basra hari Jumat (7/9) menyerbu konsulat Iran di kota itu dan membakarnya sambil meneriakkan kalimat ‘’usir Iran, Irak merdeka.’’
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Irak Ahmed Mahjoub mengatakan ‘’menarget misi-misi diplomatik merupakan tindakan yang tidak dapat diterima dan merugikan kepentingan Irak.’’
Sementara juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert mengatakan “berdasarkan konstitusi Irak, hak untuk menyampaikan protes secara damai, hak untuk melindungi publik dan properti publik berjalan beriringan… Kami menyerukan kepada semua pihak, termasuk pasukan keamanan dan pengunjukrasa, untuk menegakkan hak berdemonstrasi secara damai dan melindungi diplomat dan fasilitas mereka.’’
Berbagai sumber mengatakan banyak warga di kota mayoritas berpenduduk Syiah itu, menuduh partai-partai politik yang didukung Iran telah dengan cepat melakukan campur tangan terhadap dunia politik Irak.
Media Arab melaporkan pasca serangan terhadap kantor konsultanya, Iran menutup perbatasan Shalamja yang berbatasan dengan Irak dan menyerukan kepada warganya untuk segera meninggalkan Basra.
Kepala urusan keamanan di Basra, Jendral Jamil al Shammari, mengatakan pihaknya berupaya keras untuk tidak menyerang para demonstran, tetapi hal itu penting untuk melindungi instalasi strategis pemerintah. Shammari mengatakan unjukrasa itu telah disusupi kelompok-kelompok yang berupaya menimbulkan aksi kekerasan. Ditambahkannya, personilnya terkejut oleh tindakan demonstran yang melemparkan granat, membakar kendaraan tentara dan gedung-gedung pemerintah, dan berupaya membunuh orang-orang. [em]