Polisi di ibu kota Khartoum, Sudan, hari Senin (31/12) melepaskan tembakan gas air mata ke ara demonstran yang berencana menuju ke istana kepresidenan untuk menuntut perubahan kepemimpinan.
Sejumlah saksi mata mengatakan para demonstran sempat berkumpul dalam beberapa kelompok di pusat kota Khartoum, sebelum akhirnya berhadapan dengan aparat keamanan dan tidak dapat melanjutkan demonstrasi ke istana Presiden Omar Al-Bashir. Sebagian demonstran meneriakkan kalimat “kami ingin rejim ini mundur,” slogan yang juga digunakan dalam reformasi tahun 2011.
Sebagian besar toko-toko di daerah itu ditutup menjelang demonstrasi tersebut.
Demonstrasi anti-pemerintah ini sudah memasuki minggu kedua. Awalnya para demonstran memprotes kenaikan tajam harga roti, makanan pokok di negara itu, namun kemudian bergulir menuntut pergantian pemerintahan.
Pemerintah Sudan mengatakan sejak demonstrasi terjadi di kota Atbara tanggal 19 Desember lalu, sedikitnya 19 orang meninggal, termasuk dua personil keamanan. Lebih dari 200 demonstran dan hampir 190 aparat keamanan luka-luka.
Sementara kelompok HAM Amnesty International mengatakan 37 orang telah meninggal dalam serangkaian demonstrasi itu.
Otorita berwenang telah menutup sekolah-sekolah dan memberlakukan jam malam di sejumlah kawasan.
Para demonstran sudah berulangkali menarget dan membakar kantor partai Presiden Omar Al-Bashir, menyerukan pergantian kepemimpinan. Bashir berkuasa sejak tahun 1989 lewat kudeta militer.
Harga makanan pokok di Sudan telah naik tajam dalam beberapa bulan terakhir ini, sementara inflasi mencapai 60%. Hal ini terjadi setelah pemerintah memangkas subsidi pada awal tahun 2018. (em)