Tautan-tautan Akses

Dewan Keamanan PBB Rapatkan Temuan Kasus Kekerasan Seksual dalam Serangan 7 Oktober 


Keluarga dari para sandera yang ditahan oleh Hamas berkumpul di Re'im, selatan Israel, saat memulai aksi berjalan menuju Yerusalem seraya meminta pembebasan para sandera, pada 28 Februari 2024. (Foto: AP/Tsafrir Abayov)
Keluarga dari para sandera yang ditahan oleh Hamas berkumpul di Re'im, selatan Israel, saat memulai aksi berjalan menuju Yerusalem seraya meminta pembebasan para sandera, pada 28 Februari 2024. (Foto: AP/Tsafrir Abayov)

Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kekerasan Seksual dalam Konflik, Pramila Patten, menyampaikan temuan timnya dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas konflik Israel-Hamas di markas PBB di Kota New York, pada Senin (11/3).

Tim Patten mengunjungi Israel antara 29 Januari hingga 14 Februari dalam sebuah misi untuk mengumpulkan, menganalisis dan memverifikasi informasi tentang kekerasan seksual yang terkait dengan serangan 7 Oktober.

“Ada alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa kekerasan seksual terkait konflik, termasuk pemerkosaan dan pemerkosaan berkelompok, terjadi di sedikitnya tiga lokasi, yaitu lokasi Festival Musik Nova dan sekitarnya, Rute 232 dan Kibbutz Re’im,” ungkap Patten.

Kelompok militan Hamas sendiri telah berulang kali membantah tuduhan kekerasan seksual.

Para petempur Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, membunuh sekitar 1.200 orang dan menculik 253 orang, menurut data Israel. Serangan balasan Israel ke Hamas di Jalur Gaza, pada gilirannya, telah menewaskan sekitar 30.000 orang Palestina, menurut kementerian kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas.

“Kami menemukan informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan, penyiksaan seksual, dan perlakuan yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat telah dilakukan terhadap para sandera. Dan kami memiliki alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa kekerasan-kekerasan itu masih terus berlangsung terhadap mereka yang masih disandera.”

Tim PBB itu juga mengatakan bahwa pihaknya menerima informasi dari sumber-sumber lembaga dan masyarakat sipil, serta wawancara langsung, mengenai “kekerasan seksual terhadap laki-laki dan perempuan Palestina yang berada dalam tahanan, dalam penggerebekan rumah dan pos pemeriksaan” setelah peristiwa 7 Oktober. Pusat-pusat penahanan itu berada di Israel.

Tim PBB itu mengatakan pihaknya telah mengajukan tuduhan-tuduhan itu kepada Kementerian Kehakiman dan Jenderal Advokat Militer Israel, yang mengatakan pihaknya belum menerima pengaduan tentang kekerasan seksual yang dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Israel.

Tim itu mengatakan “penyelidikan menyeluruh” perlu dilakukan untuk menentukan cakupan, penyebab spesifik, dan seberapa besar kasus kekerasan seksual tersebut. [rd/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG