Melanjutkan lawatan selama tiga hari ke Republik Irlandia, Presiden Joe Biden pada Kamis (13/4) berbicara di Houses of Oireachatas di Dublin, menjadi pemimpin keempat Amerika Serikat setelah Presiden John F. Kennedy, Ronald Reagan, dan Bill Clinton yang berpidato di sebuah pertemuan gabungan dari parlemen Irlandia.
Biden mengenang warisan Irlandia pada dirinya dan berfokus pada kekuatan yang abadi dalam ikatan antara AS dengan Irlandia yang dimulai pada pendirian awal Amerika Serikat.
"Jantung Irlandia telah ikut menyalakan obor kebebasan di negara saya dan menyemangati revolusinya. Darah Irlandia dari seluruh pulau ini dikorbankan dengan sukarela untuk kemerdekaan negara saya," kata Biden.
Menyoroti dukungan Irlandia untuk Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia, dia mencatat bagaimana Irlandia berdiri dengan bangga bersama AS dan mitra-mitranya di seluruh dunia.
Irlandia adalah bagian dari Uni Eropa tetapi bukan anggota NATO, yang dari segi militer bersikap netral, tetapi memberikan dukungan kemanusiaan untuk Ukraina, dan telah menampung hampir 80.000 pengungsi Ukraina menyusul invasi Rusia.
Pidato Biden ditanggapi dengan sambutan gegap gempita dari para anggota parlemen.
"Anda telah menunjukkan keyakinan yang tidak tergoyahkan, ketangguhan yang kuat dan kemampuan untuk menyatukan pandangan yang beragam," ujar Sean O Fearghail, ketua majelis rendah parlemen, dalam kata sambutannya.
"Anda membuat kami percaya bahwa daratan yang jauh tetap dapat dijangkau," tambah O Fearghail mengutip Seamus Heaney, penyair Irlandia yang terkenal yang sering Biden kutip dalam beberapa kesempatan.
Pengamat mengatakan sambutan meriah bagi Biden tersebut bukanlah hal yang mengherankan.
"Banyak orang di Dublin tahu Presiden Biden sangat bangga dengan asal-usul Irlandianya, dan hal itu sebaliknya juga membuat orang Irlandia juga sangat bangga," ujar Eoin Dre, peneliti senior di Wilfried Martens Center for European Studies [jm/lt/rs]
Forum