Ketika para pejabat kemanusiaan di Haiti mencoba menjelaskan kekhawatiran yang kini timbul akibat munculnya epidemi kolera baru yang cepat menular, mereka kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan situasi tersebut. Kata-kata seperti "mengkhawatirkan," "kacau," atau bahkan "malapetaka" digunakan untuk menggambarkan situasi yang terjadi.
Banyak penduduk di pulau itu terisolasi -- dan tidak bisa mengakses layanan kesehatan -- entah karena kelangkaan BBM atau karena keberadaan geng-geng bersenjata yang mengontrol sejumlah wilayah di negara tersebut.
Dan tanpa layanan kesehatan, para pasien kolera, yang menderita diare akut, bisa meninggal karena dehidrasi hanya dalam beberapa jam.
"Ini malapetaka. Kami kewalahan," kata Dokter Jean William Pape kepada AFP. Lembaga swadaya miliknya, Gheskio, mengoperasikan dua dari 15 pusat perawatan kolera di negara itu.
Salah satu diantaranya, di ibu kota, Port-au-Prince, "terdapat 80 tempat tidur dan semuanya terisi," katanya.
"Karena kelangkaan BBM, orang-orang yang tinggal di permukiman kumuh memberitahu saya bahwa ada beberapa kematian di area mereka, karena tidak bisa mengantar orang yang sakit."
Sebuah geng bersenjata telah memblokade sebuah terminal BBM penting di Varreux, yang terletak di sebelah utara ibu kota, selama berminggu-minggu. Akibatnya, kelumpuhan di negara itu semakin memburuk.
Hingga Rabu (20/10), kementerian kesehatan mencatat terdapat 33 kematian akibat kolera dan 960 pasien suspek kolera. [vm/rs]
Forum