Setelah lebih dari sebulan perjalanan dengan berjalan kaki, bus dan kereta api, rombongan lebih dari 150 orang yang tergabung dalam karavan dari Amerika Tengah telah terhenti di gerbang masuk Meksiko-Amerika di Tijuana, di mana banyak di antara mereka berharap untuk menerima suaka, yakni perlindungan yang menghindarkan deportasi bagi orang-orang yang diyakini memiliki “ketakutan yang kredibel” akan mengalami penganiayaan.
Setelah kedatangan rombongan itu, para pejabat imigrasi Amerika mengatakan bahwa pos imigrasi yang memiliki kapasitas untuk memproses sekitar 300 orang, sudah penuh.
Senin malam (30/4), rombongan migran pertama diizinkan masuk ke Amerika Serikat untuk diproses, kata satu kelompok advokasi yang membantu para migran itu.
Nicole Ramos, pengacara imigrasi dari organisasi nirlaba “Al Otro Lado” adalah salah seorang dari mereka yang menyalahkan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) atas tertundanya pemrosesan tersebut.
Sambil menunggu giliran mereka, banyak migran yang bermalam semalam dengan barang bawaan dan orang-orang yang mereka cintai. Rasa campur aduk antara harapan dan kecemasan terasa jelas di luar gerbang.
“Saya senang atas peluang itu, tetapi ragu karena apa yang bisa terjadi,” kata seorang migran dari Honduras kepada VOA. [lt]