Tautan-tautan Akses

Di Tengah Perundingan, Pemimpin Tertinggi Iran Dorong Kemajuan Energi Nuklir


Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan ceramah dalam Salat Jumat di Masjid Agung Imam Khomeini, di Teheran, Iran, pada 17 Januari 2020. (Foto: Kantor Pemimpin Tertinggi Iran via AP)
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan ceramah dalam Salat Jumat di Masjid Agung Imam Khomeini, di Teheran, Iran, pada 17 Januari 2020. (Foto: Kantor Pemimpin Tertinggi Iran via AP)

Pemimpin tertinggi Iran, pada Kamis (17/2), berjanji negaranya akan meningkatkan pengembangan program nuklir sipilnya, ketika negara-negara kuat dunia melanjutkan perundingan yang rumit di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Ayatollah Ali Khamenei mendorong pentingnya energi nuklir bagi Iran, sambil kembali menegaskan bahwa mereka tidak tertarik pada senjata nuklir.

Pernyataan Khamenei tampaknya jelas ditujukan kepada negara-negara yang terlibat dalam perundingan di Wina.

“Para musuh mengambil langkah-langkah kejam terhadap masalah energi nuklir kita, (menjatuhkan) sanksi terhadap energi nuklir yang mereka tahu (bertujuan) damai,” katanya. “Mereka tidak mau Iran mencapai kemajuan besar dan signifikan ini.”

Kesepakatan yang ditinggalkan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump hampir empat tahun lalu itu memberikan keringanan sanksi kepada Iran, sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

Kepala perunding nuklir Iran, Ali Bagheri Kani, mencuit pada Rabu (16/2) malam bahwa pihak-pihak yang terlibat “lebih dekat dari sebelumnya” untuk mencapai kesepakatan.

Perundingan itu berulang kali menemui jalan buntu dalam beberapa bulan terakhir, karena para perunding Iran mengajukan tuntutan garis keras, membuat jengkel para diplomat Barat.

Khamenei, yang sejauh ini kebanyakan tak berkomentar, menyebut klaim bahwa Iran sedang merakit bom sebagai “omong kosong,” dan mengatakan bahwa semua klaim itu dimaksudkan untuk mencabut hak sah Iran atas tenaga nuklir.

“Jika kita tidak mendalami (energi nuklir damai) sekarang, esok sudah akan terlambat,” ujarnya.

Iran telah lama bersikeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai. Namun sikap menghindari berbagai kewajibannya sebagaimana yang tercantum dalam kesepakatan tahun 2015 membuat khawatir musuh bebuyutannya, Israel, dan negara-negara kuat di dunia.

Sejak itu Iran lantas mulai memperkaya uraniumnya hingga kemurnian 60 persen - selangkah lebih dekat ke kemurnian 90 persen yang diperlukan untuk menciptakan bom - dan memutar sentrifugal yang jauh lebih canggih dari apa yang diizinkan berdasarkan kesepakatan. [rd/em]

XS
SM
MD
LG