Siswa dari SMA Marjory Stoneman Douglas di Parkland, Florida, di mana 17 orang tewas tanggal 14 Februari, dalam penembakan massal terbaru di sekolah Amerika, mengorganisir demonstrasi, Sabtu (24/3).
Para aktivis siswa menuntut agar nyawa anak-anak dijadikan prioritas oleh negara. Mereka juga menuntut diakhirinya aksi penembakan di sekolah-sekolah.
Lebih dari 800 demonstrasi serupa telah direncanakan di setiap ke-50 negara-bagian Amerika Serikat dan seluruh dunia.
Jennifer Smith, warga Amerika yang tinggal di Australia dan penggerak demonstrasi "March for Our Lives" di Sydney, Sabtu (24/3) mengatakan, “Ketika saya mengantar anak-anak ke sekolah, saya tidak akan pernah khawatir mengenai mereka harus melakukan latihan untuk menghindari penembakan yang sedang terjadi. Kami masih mempunyai keluarga dan teman di seluruh Amerika. Saya berharap semua mereka, setiap orang, apakah dia seorang siswa sekolah atau hanya penonton konser, mereka tidak harus khawatir akan nyawa mereka.”
Baca juga: Jajak Pendapat: 69 Persen Warga AS Inginkan Pengawasan Senjata Lebih Ketat
Orang Amerika enggan kehilangan hak mereka memiliki senjata api dan hampir tidak ada perubahan undang-undang senjata api setelah penembakan-penembakan massal.
Namun, hasil poll baru yang diadakan Associated Press-NORC Center for Public Affairs menunjukkan bahwa perasaan mengenai kepemilikan senjata api mungkin sedang berubah. Poll tersebut mendapati bahwa 69 persen warga Amerika yang disurvei sekarang berpendapat undang-undang senjata api sebaiknya diperketat, meningkat dari 61 persen bulan Oktober tahun 2016 dan 55 persen bulan Oktober tahun 2013. [gp]