Mengikutsertakan semua unsur untuk menjaga perdamaian menjadi perhatian banyak pihak seiring dengan meningkatnya aksi kekerasan dan intoleransi.
Hal ini yang mendorong pemerintah Jerman dan Finlandia bekerjasama melangsungkan dialog bersama yang melibatkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat dari berbagai negara Asia, termasuk Indonesia.
Dalam seminar bertema “Tanggung Jawab Agama Membangun Perdamaian” yang berlangsung di Berlin, pada 18-20 Juni itu, Prof. Dr. Musdah Mulia, aktivis yang juga Ketua Indonesian Conference on Religion for Peace (ICRP), menekankan pentingnya pendidikan keluarga.
“Saya menjelaskan pengalaman ICRP melakukan apa yang disebut sebagai 'pendidikan perdamaian' di tingkat keluarga. Ini penting karena keluarga adalah inti terkecil upaya mengadakan pembaruan,” ujar Musdah Mulia kepada VOA melalui telpon.
Musdah menambahkan, “perdamaian harus diupayakan dengan serius, dengan cara yang melibatkan semua elemen masyarakat, khususnya para pemuka agama, dan dilakukan secara sistemik dimulai dari
Tokoh Lintas Agama Bahas Isu Utama Perdamaian
Sedikitnya 80 tokoh lintas agama dari berbagai negara Asia ikut hadir membahas empat isu utama yaitu pemuka agama sebagai aktor perdamaian dan mediasi, wajah agama di media dan ruang publik, agama dan pendidikan damai, juga agama, gender dan perdamaian.
Empat isu utama dan mengemukanya berbagai masalah dan konflik di berbagai wilayah, yang dilatarbelakangi isu agama, membuat dialog kerap berlangsung sengit. Terlebih ketika membahas isu seperti warga Muslim-Rohingya di Myanmar.
Baca Juga: Sanlat Milenial Islami: Ajak Milenial Mengenal Kedamaian Islam
“Meskipun dalam setiap sesi seminar sering terjadi debat panas antara peserta karena perbedaan sudut pandang dan kepentingan dalam melihat kondisi dan realitas konflik di suatu wilayah, pada akhirnya semua sepakat bahwa konflik haru segera diakhiri karena hanya membuat kehidupan masyarakat semakin terpuruk,” ujar Musdah Mulia.
Para peserta juga sepakat bahwa perdamaian adalah jawaban dan solusi satu-satunya bagi semua bentuk konflik di mana pun juga. “Jangan pernah lelah merajut damai sebab inti perdamaian adalah kasih sayang dan keadilan yang berujung dengan memanusiakan manusia,” ujar Musdah Mulia, pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. [em]