Umat Islam di seluruh dunia kembali melaksanakan ibadah puasa Ramadan di tengah pandemi. Namun, ini tidak menyurutkan semangat para perempuan Muslim atau Muslimah Indonesia di Amerika Serikat untuk terus mengadakan kegiatan bersama, walau dengan keterbatasan.
Pada Ramadan tahun ini kegiatan di masjid komunitas Indonesia, IMAAM Center, di Silver Spring, Maryland, cukup padat. Walau masjid sudah dibuka, hampir seluruh kegiatan dilakukan secara daring atau online, termasuk kegiatan yang dikhususkan bagi jemaah perempuan.
“Jadi kalau untuk Muslimah, yang paling intens itu, yang rutin adalah untuk sekarang tadarus. Ini sampai sekarang masih berjalan. Mulai dari 1 Ramadan, kita sudah mulai dari awal. Ibu-ibu dibagi per kelompok. Untuk yang tadarus itu sekitar 172 orang peserta. Kemudian itu setiap hari, Ibu-ibu melakukan tilawah Al-Qur’an per kelompok,” jelas Nani Afdal, kepala bagian publikasi dan komunikasi IMAAM kepada VOA belum lama ini.
Selain itu, IMAAM juga mengadakan berbagai kelas memasak secara daring untuk Muslimah, dengan dipandu oleh ahli masak.
“Itu sekarang yang terdata hampir rutin ikut adalah sekitar 52 orang, tapi biasanya memang untuk ikut cooking class ini harus register dulu,” ujar Nani yang sudah menetap di Arlington, Virginia sejak tahun 2000 lalu.
Setelah mendaftar, para peserta bisa menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan terlebih dahulu. Menu yang diajarkan pun cukup beragam, mulai dari kue, pempek, hingga lontong sayur, sebagai salah satu menu khas lebaran.
“Nanti akan disampaikan bagaimana caranya, bagaimana tekniknya, bagaimana tipsnya untuk membuat menu yang spesial ini. Nanti bisa diperagakan dan bisa dilihat hasil akhirnya seperti apa,” tambah Nani.
Para peserta pun menyambut baik dan merasa senang dengan kegiatan ini. Mereka bisa saling berbagi masakan spesial yang kerap disajikan pada bulan Ramadan atau hari raya Idul Fitri, juga berbagi teknik.
“Misalnya dua minggu yang lalu itu, bagaimana cara membuat pempek Palembang. Nah, memang mungkin masing-masing orang punya teknik sendiri gitu ya, tapi setelah mereka coba bersama, ‘wah, ternyata begini ya? Lebih mudahnya itu seperti ini.’ Jadi sangat membantu sekali untuk ibu-ibu IMAAM Muslimah dalam proses masak memasaknya, terutama dalam segi teknik dan tips yang bisa didapatkan dari para ahli dan nara sumbernya,” kata Nani.
Belum lama ini, pengusaha katering, Lely Rustiati di Maryland, mengajarkan cara membuat kue Black Forest. Selama dua jam ia membagi pengalamannya dan memandu kelas memasak tersebut.
“Saya stres-kan di situ, pakai highlight, non-alcoholic, gitu jadi itu menjadi acuan buat ibu-ibu. Wah, semangat sekali,” kata Lely Rustiati kepada VOA.
Sebelum pandemi, kelas memasak ini dilakukan secara tatap muka yang, diakui Lely, lebih interaktif.
“Awalnya saya juga khawatir, 'aduh bisa enggak ya?' Tetapi saya bayangkan di YouTube aja mereka bisa gimana cara cooking demo, mereka bisa memberikan arahan, mereka pada bisa, why not? Kemungkinan tidak terlalu beda between mereka melihat di YouTube dengan melihat virtual yang saya lakukan kemarin,” ujar Lely.
Yang menjadi tantangan bagi Lely adalah ketika mengatur kamera yang bisa memperlihatkan setiap langkah yang ia lakukan saat memasak.
“Saya tidak ada sumber daya manusia untuk memegang kamera. Jadi kamera hanya stand-by pakai tripod begitu, saya yang memajukan. Interesting, tapi ibu-ibu kelihatannya antusias. Kita encourage mereka, kan praktik bersama. Mereka di rumah masing-masing, mereka juga mempersiapkan bahan yang saya kerjakan, sama, bareng,” cerita Lely.
Melalui kelas memasak ini, Lely berharap ilmu yang ia berikan dapat berguna di kemudian hari.
“Saya tuh pengin ibu-ibu menghasilkan. By the end of Ramadan, ibu-ibu bisa berkreasi, diberikan kepada teman, menjamu tamu dengan cake itu. Kalau bisa pun saya lebih senang sekali kalau ibu-ibu itu bisa dimanfaatkan untuk berjualan nanti ke depannya, jadi ilmu yang saya berikan bermanfaat untuk ibu-ibu semua.”
Kegiatan memasak bersama secara daring juga dilakukan oleh para Muslimah Indonesia yang tergabung dalam pengajian AnNur di bawah Indonesian Muslim Community di wilayah San Francisco Bay Area (IMC SFBA). Kegiatan yang sudah berlangsung sejak sebelum pandemi ini kini mengambil tema Idul Fitri.
“Ramadan ini dikhususkan membuat kue kering untuk membantu persiapan Idul Fitri Ibu-ibu dan keluarganya,” ujar Ake Pangestuti yang tergabung dalam tim publikasi dan penggalangan dana IMC SFBA.
Organisasi Indonesian Muslim Society in America atau IMSA juga mengadakan berbagai kegiatan khusus Ramadan bagi jemaah perempuannya, yang diselenggarakan oleh IMSA Sister, disingkat IMSis.
Mengingat ribuan anggotanya tersebar di berbagai negara bagian Amerika Serikat dan Kanada, sejak sebelum pandemi, hampir seluruh kegiatan sudah dilakukan secara daring.
Sehari-harinya, kegiatan IMSA Sister ini mencakup dakwah dan keagamaan, gelar wicara dan webinar dalam berbagai topik, juga kegiatan kewanitaan dan ketrampilan. Pada bulan Ramadan, IMSA Sister menambah beragam kegiatan, seperti lomba hafalan Al-Qur’an untuk Ibu dan anak, serta kuis Ramadan harian. Kegiatan-kegiatan ini sangat diminati oleh para anggotanya, bahkan pesertanya berlebih.
Pada bulan Ramadan, beberapa kegiatan yang diselenggarakan cukup menuntut kreasi dalam memasak, seperti dijelaskan oleh ketua IMSA Sister, Noviyanti Kurniasari, yang berdomisili di New Jersey. Salah satunya “Resep Menu Ramadan Harian.”
“Ini yang jelas menu andalan dari IMSA Sister. Walaupun resep banyak ya, tapi kan biasanya pada saat diperlukan kita butuh yang barangnya simple dan ada di sini gitu dan di uji coba. Nah, kebetulan tim resepnya IMSA Sister itu kan memang kreatif ya, dengan seadanya, tapi bisa menjadi menu andalan,” ujar Noviyanti Kurniasari kepada VOA.
Satu hal yang berbeda tahun ini, IMSA Sister juga mengadakan lomba virtual, Menu Sahur Challenge. Para peserta diberi waktu selama 30 menit untuk menciptakan menu sahur yang praktis.
“Nah, ini kan biasanya kita menu (buka bersama) atau menu lebaran itu udah biasa. Nah, ini kita coba kali ini menu sahur, dalam 30 menit. Nah itu kan ibu-ibu sahur biasanya kan leftover dari buka ya, pengin tuh sesuatu yang baru yang fresh, kira-kira ada enggak sih dari sekian banyak member kita nih yang super creative, bangun pagi-pagi, nyiapin 30 menit, menu yang fresh ya, challenging-lah,” tambah Noviyanti.
Fetty Shahab di Portland, Oregon adalah salah satu pesertanya. Fetty memilih menu yang praktis, sehat dan sederhana sesuai temanya, yaitu telur dadar sosis ayam sayur dengan menggunakan minyak alpukat.
“Biasanya memang di rumah ini senang telur dadar, cuma saya variasikan. Enggak pernah sebelumnya pakai chicken frank. Katanya enak, mereka suka.”
Usai memasak, Fetty mengirimkan resep dan foto kepada panitia untuk diundi di akhir Ramadan nanti.
“Menarik karena di tengah pandemi ya kadang kita kan bingung mau ngapain, karena terbatas mau pergi kemana-mana karena malas, karena situasi pandemi ini. Dan bulan puasa kan enaknya di rumah. Jadi ya, enggak ada salahnya untuk coba-coba resep yang baru, yang sesuai dengan tema, sederhana dan sehat, terus yang bahannya juga gampang dicari. Di rumah ada selalu, jadi saya pilih telor dadar sosis sayur.”
Noviyanti berharap seluruh umat Islam dan pihak yang terlibat dapat merasakan keberkahan dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh IMSA dan IMSA Sister ini.
“Mudah-mudahan dengan kedekatan kita dengan agama kita, dengan Allah khususnya, lebih baik sehingga mudah-mudahan bisa meng-influence juga komunitasnya, teman-temannya, dimana saja (mereka) berada, untuk sama-sama berkontribusi dengan lebih baik di (komunitas) maupun di mana saja kita berada,” pungkasnya menutup wawancara dengan VOA. [di]