Tautan-tautan Akses

Didiet Maulana: Tenun Ikat, Tekstil Indonesia Terbaik Kedua


Didiet Maulana
Didiet Maulana

Menjelang perpindahan tahun baru 2016 lalu, desainer fashion Indonesia Didiet Maulana, kembali berkunjung ke kota New York. Didiet, yang dikenal sebagai maestro tenun ikat Indonesia ini mengunjungi berbagai butik fashion mulai dari baju, sepatu hingga ke asesoris. Didiet yang juga seorang arsitek ini, juga mengunjungi berbagai lokasi indah kota New York, mulai dari Brooklyn, Lower East Side hingga Central Park. Program Director VOA, Naratama bertemu dengan Didiet saat mengunjungi Bow Bridge, Central Park. Berikut perbincangannya:

VOA: Halo Didiet, kenapa anda memilih untuk kembali kota New York?

Didiet Maulana (DM): All International fashion brands ada di New York, jadi saya bisa lihat seperti apa trend mode sekarang. Saya juga mengamati lifestyle para New Yorkers. Ini merupakan sumber inspirasi bagi saya. New York itu salah satu pusat mode dunia. Bukan hanya untuk perspektif fashion, tapi juga kuliner, arsitektur gedung dan all views, semuanya sangat menginspirasi.

Didiet Maulana
Didiet Maulana

VOA: Lalu tempat mana yang paling menginspirasi Anda di kota ini?

DM: Central Park. Tempat ini mempunyai earth color yang sangat kuat, perpaduan antara abu-abu, orange, dan lainnya. Ini benar-benar merupakan warna winter (musim dingin) yang sangat indah. Warna-warna ini mungkin akan menjadi inspirasi karya-karya saya berikutnya.

VOA: Apakah ada rencana membawa tenun ikat ke New York?

DM: Sejak kemarin, beberapa kali saya jalan di berbagai tempat, saya selalu pakai syal tenun ikat ke mana-mana. Setiap bertemu orang selalu ditanya 'Where can I get those beautiful scarfs?' Jadi saya lihat, tenun ikat bisa mendapatkan perhatian dari warga kota ini. Kemarin sempat lihat ada toko, terus ada tulisan rental space area and then I wish someday tenun Ikat bisa mempunyai toko butik di sini.

VOA: Lalu menurut Anda, bagaimana caranya agar tenun ikat dapat masuk ke dunia fashion New York?

DM: I think, ikat akan menjadi the second best Indonesian textile. Sekarang yang harus dilakukan adalah promosi, awareness about tenun ikat and why people have to purchase ikat. Promosi bukan cuma menunjukkan produk akhir atau menjual kain tenun ikat, tapi bagaimana proses pembuatan tenun ini mulai dari pencelupan hingga ke karya akhir. Ini yang menarik dan harus dipromosikan, bukan hanya sekedar menjual. Ini harus dirancang dengan sebuah exhibition yang bisa menjelaskan bahwa tenun ikat bukan kain biasa yang mereka bisa beli di 5th avenue, this is a very delicate textile yang harus dibuat satu-persatu bahkan ada ritual juga. Ini PR besar buat perwakilan Indonesia di New York, mungkin Kantor Konsulat Jendral Indonesia harus lebih aktif mempromosikan tenun.

VOA: Tapi apakah ada peluang pasar bagi tenun ikat di New York?

DM: Di New York, semua karya yang dibuat dengan kerajinan tangan atau handmade mempunyai nilai yang sangat tinggi. Saya juga sempat melihat beberapa fashion brands dan melihat beberapa baju handmade, harganya sangat tinggi dan mahal. Ini menunjukkan bahwa karya-karya ini sangat dihargai. Jadi tenun ikat handmade sangat mempunyai peluang.

VOA: Selain fashion desainer, Anda mempunyai latar belakang pendidikan arsitek. Bagaimana hubungan antara arsitektur dan fashion design?

DM: Arsitek itu seperti ilmu yang bisa kita pakai sampai kapanpun. Ketika berpikir arsitektur, itu artinya berpikir tentang mindset. Ketika kita menggambar sesuatu diatas kertas, kita harus tahu konstruksinya seperti apa, hitungannya bagaimana. Perbedaannya adalah mediumnya. Kalau dulu di arsitek memikirkan fondasi, struktur, kolom, baja dan sebagainya. Lalu ketika itu dirubah ke fashion otomatis material berubah menjadi bahan tekstile. Tetapi konsep dan proses kreatif berpikirnya sama.

VOA: Apa rencana Anda di tahun 2016 ini?

DM: Tahun 2016 ini, ada beberapa projects antara lain presenting Spring & Summer Collection buat tenun ikat Indonesia, juga kita sedang mendesain baju seragam untuk klien sebuah bank. Saya juga sedang mengembangkan lurik di Klaten, dan kota-kota lain. Membuat fashion show di New York, ini adalah salah satu bucket list saya.

VOA: Apa tips dari Didit untuk mereka yang ingin menjadi fashion desainer?

DM: Bagi Anda yang suka desain atau bagi yang ingin menjadi fashion desainer, Anda harus mempunyai passion. Kuncinya harus tekun, mau belajar, mau menerima kritikan dan tidak takut untuk jatuh. Juga harus memiliki vocabulary visual yang banyak. Jadi menabunglah untuk sering berlibur dan bertemu dengan banyak orang yang akan menambah perspektif Anda.

XS
SM
MD
LG