ASPEN, COLORADO —
“Information is power.”
Demikian tegas Madeleine Albright, mantan Menteri Luar Negeri AS dalam sebuah panel diskusi di Aspen Ideas Festival, yang berlangsung di Aspen, negara bagian Colorado.
Diskusi bertajuk “The 21st Century Diplomatic Toolbox: Soft Power, Economic Statecraft and Technology,” juga menampilkan Direktur Voice of America (VOA) David Ensor dan Profesor dari Kennedy School of Government di Harvard University, Joseph S. Nye, Jr.
Diplomasi publik merupakan bagian penting dari “soft power” atau kekuatan lunak, yang disebut juga sebagai “smart power.” Istilah “smart power” pertama kali diutarakan oleh Nye, dan kerap terdengar selama masa jabatan Hillary Clinton sebagai menteri luar negeri AS.
AS menjalankan diplomasi publik, salah satu caranya adalah memberikan akses negara-negara di dunia bagi informasi yang benar, jujur dan terpercaya. Diplomasi informasi inilah, yang menurut Ensor, menjadi misi VOA. “Bisnis VOA adalah kredibilitas dan kebenaran,” ujar Ensor.
Tanpa kredibilitas sebagai lembaga jurnalistik yang independen, VOA tak akan memiliki peran yang relevan di abad XXI ini, terutama di era media sosial. “Perbedaan antara diplomasi dan propaganda terletak pada adanya dialog dua arah,” kata Albright. Media sosial membuat interaktivitas menjadi tak terelakkan.
“Dengan program-programnya dan media sosial kami, VOA menjadi tempat bagi audience kami di seluruh dunia untuk berbagi percakapan,” ucap Ensor. Yang berpartisipasi, menurut Ensor, tak hanya pemirsa, penonton maupun pembaca VOA di negara-negara tertutup seperti Iran atau Rusia, tapi juga di negara demokratis seperti Indonesia.
Selain melalui informasi, diplomasi publik dapat pula disampaikan lewat budaya, seperti musik dan film, dan juga melalui bantuan ekonomi, seperti program kewirausahaan dan pemberian pinjaman usaha mikro.
Aspen Ideas Festival menampilkan berbagai topik dengan pembicara tokoh-tokoh penting di bidang masing-masing. Topik yang didiskusikan sepanjang festival yang berlangsung selama seminggu ini, mencakup media, politik, teknologi, hingga energi, sains dan kesehatan.
Demikian tegas Madeleine Albright, mantan Menteri Luar Negeri AS dalam sebuah panel diskusi di Aspen Ideas Festival, yang berlangsung di Aspen, negara bagian Colorado.
Diskusi bertajuk “The 21st Century Diplomatic Toolbox: Soft Power, Economic Statecraft and Technology,” juga menampilkan Direktur Voice of America (VOA) David Ensor dan Profesor dari Kennedy School of Government di Harvard University, Joseph S. Nye, Jr.
Diplomasi publik merupakan bagian penting dari “soft power” atau kekuatan lunak, yang disebut juga sebagai “smart power.” Istilah “smart power” pertama kali diutarakan oleh Nye, dan kerap terdengar selama masa jabatan Hillary Clinton sebagai menteri luar negeri AS.
AS menjalankan diplomasi publik, salah satu caranya adalah memberikan akses negara-negara di dunia bagi informasi yang benar, jujur dan terpercaya. Diplomasi informasi inilah, yang menurut Ensor, menjadi misi VOA. “Bisnis VOA adalah kredibilitas dan kebenaran,” ujar Ensor.
Tanpa kredibilitas sebagai lembaga jurnalistik yang independen, VOA tak akan memiliki peran yang relevan di abad XXI ini, terutama di era media sosial. “Perbedaan antara diplomasi dan propaganda terletak pada adanya dialog dua arah,” kata Albright. Media sosial membuat interaktivitas menjadi tak terelakkan.
“Dengan program-programnya dan media sosial kami, VOA menjadi tempat bagi audience kami di seluruh dunia untuk berbagi percakapan,” ucap Ensor. Yang berpartisipasi, menurut Ensor, tak hanya pemirsa, penonton maupun pembaca VOA di negara-negara tertutup seperti Iran atau Rusia, tapi juga di negara demokratis seperti Indonesia.
Selain melalui informasi, diplomasi publik dapat pula disampaikan lewat budaya, seperti musik dan film, dan juga melalui bantuan ekonomi, seperti program kewirausahaan dan pemberian pinjaman usaha mikro.
Aspen Ideas Festival menampilkan berbagai topik dengan pembicara tokoh-tokoh penting di bidang masing-masing. Topik yang didiskusikan sepanjang festival yang berlangsung selama seminggu ini, mencakup media, politik, teknologi, hingga energi, sains dan kesehatan.