Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus hari Kamis (29/7) mengatakan bahwa penyelidikan asal usul pandemi COVID-19 di China terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebaran virus corona di sana dan mendesak China untuk lebih transparan.
“Kami sesungguhnya meminta China untuk transparan, terbuka, dan bekerja sama,” kata Tedros.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengatakan ada “dorongan prematur” untuk mengabaikan teori bahwa virus corona mungkin telah lolos dari laboratorium virologi di Wuhan.
Sebuah laporan bersama pada bulan Maret oleh tim yang dipimpin oleh WHO yang menghabiskan empat minggu di Wuhan dan sekitarnya dengan para peneliti China mengatakan bahwa virus itu mungkin telah ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain.
Dikatakan bahwa teori kebocoran laboratorium “sangat tidak mungkin,” tetapi negara-negara lain termasuk Amerika Serikat dan sebagian ilmuwan tidak puas dengan kesimpulan itu.
China menyebut teori kebocoran laboratorium itu “tidak masuk akal” dan berulang kali mengatakan bahwa “mempolitisasi” masalah ini akan menghambat penyelidikan.
Sementara itu, Dr. Tedros mengatakan, “Saya pikir kita berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan yang meninggal. Kita perlu memahami apa yang terjadi, dan saya berharap akan ada kerja sama yang lebih baik.”
Tedros akan memberikan laporan kepada 194 negara anggota WHO pada hari Jumat (30/7) mengenai usulan studi fase kedua untuk meneliti asal-usul pandemi COVID-19. [lt/jm]