Ketika Leslye Evans-Lane berhenti mengajar di New Mexico pada usia 58 tahun untuk pindah ke Oregon bersama suaminya, ia tidak pernah membayangkan akan sulit mencari pekerjaan.
Tapi perlu dua tahun dan lebih dari 100 aplikasi lamaran sebelum ia akhirnya mendapatkan pekerjaan akademis paruh waktu. Enam bulan kemudian, ketika posisi itu berubah menjadi permanen, ia digantikan oleh orang yang lebih muda.
"Saya melamar untuk posisi penuh waktu dan bahkan tidak mendapat wawancara," ujar Evans-Lane, yang yakin meski ia berpengalaman bertahun-tahun, usia menjadi hambatan untuk mendapatkan dan kehilangan pekerjaan.
Komisi Peluang Pekerjaan yang Sama di AS menerima 20.588 tuduhan diskriminasi usia tahun 2014, naik dari 17.837 satu dekade sebelumnya. Meskipun jumlah itu turun dari puncaknya yang mencapai 24.582 tahun 2008, para ahli hukum dan lapangan pekerjaan mengatakan bahwa itu sebuah fenomena umum yang akan meningkat karena para anak muda milenial bersemangat ingin bekerja dan generasi baby boomer enggan pensiun.
"Situasi akan memburuk karena generasi yang lebih tua tidak punya uang untuk pensiun dan mereka hidup 20 tahun lebih lama," ujar Brian Schaffer, pengacara tenaga kerja di New York. "Perusahaan-perusahaan mencoba memangkas biaya dan salah satu caranya adalah dengan memecat pekerja yang lebih tua dan mempekerjakan orang-orang yang lebih muda."
Stereotip, Konflik Inheren
Michael Campion, profesor manajemen di Purdue University di Indiana, mengatakan jumlah besar generasi baby boomer - yang lahir antara 1946 dan 1964 - merupakan persoalan.
"Para baby boomer ini generasi yang ukurannya terlalu besar, jadi ada banyak sekali jumlahnya. Lebih banyak orang berusia lanjut ingin bekerja lebih lama dalam hidupnya," jelasnya.
Meski Undang-undang Tenaga Kerja tahun 1967 mengenai Diskriminasi Usia melarang diskriminasi terhadap orang berusia 40 tahun ke atas, sebuah survei tahun 2013 terhadap 1.502 orang dewasa oleh kelompok advokasi nirlaba AARP menunjukkan bahwa dua pertiga pekerja berusia antara 45 dan 74 tahun mengatakan mereka telah menyaksikan atau mengalami diskriminasi usia.
Stereotip dan persepsi bahwa pekerja berusia lebih tua gagap teknologi, memakan biaya lebih dan kurang produktif memicu diskriminasi tersebut.
"Ada asumsi bahwa kinerja dalam pekerjaan menurun seiring usia meski semua penelitian menunjukkan hal itu tidak benar," ujar Campion.
Banyak dari generasi baby boomer yang memiliki manfaat dalam pekerjaannya menghadapi perubahan rencana pensiun dan penurunan asuransi kesehatan pensiunan, membuat mereka harus bekerja lebih lama.
Laurie McCann, pengacara senior di AARP Foundation Litigation, mengatakan banyak orang yang bahkan tidak sadar mereka memiliki hak untuk dilindungi dari diskriminasi usia.
"Ekonomi adalah pendorong seberapa banyak kita melihat diskriminasi usia," ujarnya, menambahkan bahwa ini "masalah yang signifikan."
AARP memperjuangkan kasus-kasus diskriminasi usia dalam perekrutan dan pemecatan. Meski ada upaya-upaya untuk melawan stereotip-stereotip terkait usia, McCann mengatakan asumsi-asumsi umum sepertinya mengakar di Amerika Serikat.
"Mungkin diskriminasi usia tidak dianggap seserius diskriminasi bentuk lain, atau dianggap tidak separah diskriminasi lain, jadi kita tidak menyerangnya dengan intensitas yang sama," ujarnya.
Masalah ini dapat lebih parah dalam industri-industri yang mengagungkan usia muda, seperti teknologi, mode dan periklanan, menurut McCann.
Ia memuji beberapa aktris Hollywood yang sudah berumur yang berbicara mengenai sulitnya menemukan peran, sehingga memunculkan kesadaran mengenai masalah ini. Tapi menurutnya, masih banyak yang harus dilakukan.
"Sampai kita benar-benar akan menganggap ini masalah yang sama seriusnya dengan diskriminasi gender, agama dan ras di negara ini, saya kira masalah ini tidak akan segera hilang," ujarnya.
Schaffer menambahkan bahwa para pekerja perlu melaporkan diskriminasi usia.
"Jika orang-orang maju ke depan ketika ini terjadi, saya kira itu satu-satunya jalan menghentikannya," ujarnya. [hd]