Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan Medan, Putrama Al Khairi mengatakan saat ini pihaknya masih terus melakukan penggalangan donasi untuk keberlangsungan hidup satwa-satwa yang ada di Kebun Binatang Medan pasca penutupan karena pandemi corona. Selama ini sebelum Kebun Binatang Medan ditutup sementara, mereka mengandalkan pemasukan dari retribusi tiket masuk pengunjung.
"Ketika ditutup pertengahan Maret kami coba mengumpulkan donasi di kalangan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Alhamdulillah tak ada binatang yang kelaparan dan pengelola Medan Zoo mereka cari utang sana sini untuk makanan hewan," kata Putrama kepada VOA melalui pesan online, Senin (27/4).
Saat ini ada dua dokter dan tenaga kesehatan hewan di Kebun Binatang Medan yang masih rutin memelihara serta merawat 270 satwa meski dengan kondisi yang memprihatinkan. Pengelola Kebun Binatang Medan mulai kewalahan mencari dana operasional untuk pemberian pakan dan pemeliharaan satwa-satwa. Mereka menghimpun dana melalui koin penyelamat satwa Kebun Binatang Medan yang terdampak pandemi corona.
"Sejak akhir April kami coba menghimpun dana melalui koin untuk makanan hewan di Medan Zoo," ujar Putrama.
Putrama berharap pemerintah setempat segera memberikan solusi kepada kebun binatang yang berada di bawah naungan PD Pembangunan Kota Medan.
"Pemko harus memilih apakah menjadikan Medan Zoo sebagai UPT Dinas Peternakan dan Pertanian seperti Ragunan di Jakarta. Sehingga bisa dibantu lewat anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) atau corporate social responsibility dari Bank Sumut dan pihak swasta diarahkan ke Medan Zoo tidak ke Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Hibahkan untuk makanan satwa dari dinas terkait," jelas Putrama.
"Mesti ada jalan keluar untuk mengatasinya sebelum semuanya terlambat," tambahnya.
Tidak sama dengan Kebun Binatang Medan, kondisi Taman Hewan Pematang Siantar (THPS) yang juga di Sumatra Utara (Sumut) jauh lebih baik. Kendati telah ditutup sejak 19 Maret 2020, manajer THPS, Sandha Octavia Perkasa menuturkan pihaknya belum menemui masalah terkait dengan pemeliharaan dan pemberian pakan satwa-satwa yang ada di kebun binatang milik swasta tersebut.
"Sampai Mei hingga Juni mungkin kami belum ada masalah. Untuk karyawan kami meliburkan beberapa bagian yang tertentu. Walaupun kami liburkan tapi tetap dibayarkan haknya cuma tidak penuh karena ada kesepakatan antara karyawan dengan kebun binatang," tutur Sandha saat dihubungi VOA.
Secara infrastruktur dan koleksi satwa, THPS memang bisa dikatakan kebun binatang terbaik di Provinsi Sumut. Bukan tanpa sebab, kebun binatang dengan koleksi 203 spesies dan 750 ekor satwa itu kerap dipenuhi pengunjung sebelum pandemi corona. Sandha memastikan satwa-satwa yang berada di THPS dalam kondisi yang sehat dan terawat.
"Untuk satwa, Alhamdulillah sehat. Dalam pemberian pakan juga tidak ada masalah karena kami melakukan manajemen pemberian pakan baik itu secara budgeting maupun secara nutrisi. Sudah kami hitung jadi tidak ada masalah, sesuai arahan Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI)," jelasnya.
Kondisi serupa juga dialami Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) di Bukittinggi, Sumatra Barat. Kepala Bidang TMSBK, Ikbal mengatakan satwa-satwa yang berada di kebun binatang tertua di Pulau Sumatra itu seluruhnya dalam kondisi baik.
"Terhitung 19 Maret 2020 itu kami sudah ditutup untuk pengunjung. Tapi untuk petugas operasional tetap kami jalankan terus dan untuk kegiatan pemeliharaan satwa juga jalan terus. Sampai saat ini kondisi satwa baik-baik saja," kata Ikbal kepada VOA.
Kendati TMSBK ditutup sementara lantaran pandemi corona, Ikbal mengungkapkan saat ini pemeliharaan dan pemberian pakan pada 387 satwa tidak ada masalah.
"Kami semua mengharapkan untuk kegiatan pemeliharaan dan biaya lainnya itu dari retribusi pengunjung. Kalau saat ini pengunjung tidak ada otomatis kesulitan. Alhamdulillah, Bukittinggi karena sudah dianggarkan dari APBD untuk pembiayaan itu," pungkasnya. [aa/em]