Prestasi atlet-atlet perempuan muda dalam debut pertandingan skateboard di Olimpiade Tokyo menunjukkan bahwa tidak ada batasan gender dalam olahraga jalanan yang selama puluhan tahun didominasi laki-laki ini.
Kini semakin banyak anak perempuan yang mempelajari trik-trik skateboard, termasuk di AS dan Indonesia.
Libur sekolah di musim panas mendorong Angela Justice untuk mencoba aktivitas baru. Remaja 11 tahun memilih belajar skateboard, pilihan yang sempat membuat ibunya, Princess Kingston, terkejut.
“Saya kaget saat dengar dia minta belajar skateboard. Okay… lalu kita melihat banyak juga anak-anak perempuan lain bermain di skate park,” ujar Princess kepada VOA.
Angela memilih skateboard karena katanya, “Saya senang aktivitas tatap muka. Saya senang melakukan trik baru.”
Siswi kelas 6 ini adalah satu dari sekitar belasan anak yang baru mulai belajar skateboard bersama kelompok Goats on Wheels di Montgomery County, negara bagian Maryland. Pemilik dan pelatihnya, Richard Lamb, mengatakan kepada VOA kebanyakan muridnya perempuan.
“Saya lebih banyak dapat permintaan dari anak perempuan. Semakin banyak anak perempuan mendobrak batasan akhir-akhir ini, terutama di Olimpiade. Kita lihat anak perempuan termuda mendapat hadiah terbesar, menang medali emas dan lain-lain,” kata pria yang akrab disapa Coach Rick ini ketika ditemui VOA di kota Germantown.
Kemajuan ini membesarkan hati para skater perempuan di seluruh dunia, termasuk atlet nasional Indonesia Nyimas Bunga Cinta. Dalam wawancara virtual dengan VOA, Bunga mengenang situasinya sangat berbeda ketika ia pertama kali bermain skateboard pada 2014 sewaktu berusia delapan tahun.
“Masih didominasi cowok karena yang cewek sudah besar-besar, usia 18 tahun atau lebih, yang anak kecil jarang, aku doang.”
Kini di usia 15 tahun, Bunga sudah menuai sederet prestasi nasional dan internasional. Ia pernah menjadi peraih medali termuda Asian Games 2018 dan mengikuti kejuaraan kualifikasi untuk Olimpiade Tokyo 2020.
“Tadinya target aku ikut Olimpiade tahun ini, karena belum bisa, karena poinnya belum cukup, jadi next lah Insya Allah,” kata perempuan yang bercita-cita menjadi skater pro perempuan pertama dari Indonesia ini.
Sebagai perempuan berhijab yang bermain skateboard di negara yang konservatif, Bunga telah mendobrak banyak stereotipe, sesuatu yang didukung penuh oleh ayahnya Didit Priyo Sugiharto.
“Skater harusnya begitu. Hashtagnya selalu skate and destroy. Kalau mau diartikan secara harafiah atau literally, semua alat atau properti yang dilalui papan skate sudah pasti rusak. Begitu juga mindset. Bener ngga? ‘Cewek di dapur, nurut sama laki, ngga boleh dominan,’ di-break lah sama anak skate,” kata Didit, sosok yang memperkenalkan skateboard kepada puterinya.
Mereka berharap akan semakin banyak anak perempuan yang mempelajari cabang olahraga yang terbilang baru ini. Dan bagi mereka yang baru mau mencoba, Bunga berpesan…
“Tetap semangat, terus cari teman baru … harus kenalan dan coba hal baru karena kalau takut, kalian ngga akan maju!” [vm/em]