Komisi I DPR-RI yang baru-baru ini menggelar Rapat Kerja (Raker) dengan Kementerian Luar Negeri di Jakarta, meminta pemerintah agar lebih tegas merespon tawaran Pemerintah Iran, yang mengajukan upaya peningkatan kerjasama kedua negara, terutama di bidang pendidikan, ekonomi, riset dan teknologi.
“Kita sampaikan kepada Menteri Luar Negeri (Menlu RI), sikap kita terhadap Iran, harus tegas dan jelas, tegas jelas itu maksudnya membela Iran,” kata Effendi Choirie, anggota Komisi I DPR-RI.
Effendi mengatakan, baru-baru ini sejumlah anggota Komisi I DPR RI bertolak ke Iran dalam sebuah kunjungan persahabatan antar parlemen kedua negara. Menurut Effendi, Pemerintah Iran sudah beberapa kali menawarkan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia, untuk melanjutkan studi ke negara itu, termasuk memperluas kerjasama ekonomi dan investasi.
“Misi kunjungan itu bertujuan untuk meningkatkan kerjasama kebudayaan, kerjasama ekonomi dan pariwisata dan pendidikan,” jelas Effendi Choirie.
Menurut catatan pihak Komisi I DPR RI, diplomasi Iran terhadap RI cukup positif , ditandai dengan kunjungan Menteri Pertahanan Iran, untuk kelima kalinya ke Indonesia, namun belum ada tindak lanjutnya.
Pihak DPR RI menyatakan, Iran bermaksud memberi kesempatan para peneliti Indonesia untuk melakukan berbagai kerjasama riset, termasuk bidang teknologi nuklir.
Analis politik internasional, Teuku Ardiansyah dari Lembaga Kajian Sipil untuk Demokrasi dan Strategi Pertahanan Global “Concern” mengatakan, Indonesia sebagai anggota Gerakan Non Blok (GNB) dapat memainkan peran kunci terhadap Iran dan diharap mampu mengajak para pemimpin dunia untuk lebih bersatu demi perdamaian sehingga menghindari konflik atau perang.
“Indonesia harus meminta dunia untuk menempatkan Iran tidak sebagai musuh, Iran adalah pihak yang harus dilindungi, baik dari sisi kekayaan intelektualnya maupun dari sisi humanisnya," ungkap Teuku Ardiansyah. "Kalaupun mereka memproduksi nuklir, memproduksi bom kimia, atau apapun namanya, maka jangan berulang seperti kejadian yang menimpa Irak , yang dulu dikatakan memiliki senjata pemusnah massal, namun terbukti tidak ada satupun yang bisa ditemukan,” tambahnya.
Ardiansyah menambahkan, Indonesia diharap lebih proaktif dalam menyatakan sikap dan posisi diplomasinya terhadap masa depan Iran dan perdamaian dunia.
Dalam sebuah wawancara dengan media Iran (IRIB), Duta Besar Republik Indonesia untuk Iran di Tehran, Dian Wirengjurit mengatakan, Indonesia sampai saat ini masih terus membeli minyak Iran meskipun adanya sanksi sepihak yang dikenakan atas Iran.
Dubes Dian mengatakan, volume perdagangan Indonesia-Iran pada tahun lalu mencapai 1,8 miliar dolar AS. Dubes menuturkan Jakarta sangat membutuhkan pertukaran perdagangan dengan Teheran dan akan terus melakukan kerja sama dengan Iran.
Saat ini, komoditas utama ekspor Iran ke Indonesia adalah minyak bumi, sementara ekspor Indonesia ke Iran lebih terkait dengan bahan-bahan mentah, seperti kertas, karet, kopi, dan kakao.
Pengamat mengatakan saat ini oleh negara-negara barat Iran tengah dilumpuhkan ekonomi dan diplomasinya, berkaitan dengan program nuklir Iran yang dipersengketakan.
Para ekonom barat (Goldman-Sachs) baru-baru ini meramalkan, pertumbuhan dunia di masa depan juga akan didorong dengan peningkatan ekonomi Negara-negara berkembang (Next-11) meliputi, Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Meksiko, Nigeria, Turki, Korea Selatan, dan Vietnam.
“Kita sampaikan kepada Menteri Luar Negeri (Menlu RI), sikap kita terhadap Iran, harus tegas dan jelas, tegas jelas itu maksudnya membela Iran,” kata Effendi Choirie, anggota Komisi I DPR-RI.
Effendi mengatakan, baru-baru ini sejumlah anggota Komisi I DPR RI bertolak ke Iran dalam sebuah kunjungan persahabatan antar parlemen kedua negara. Menurut Effendi, Pemerintah Iran sudah beberapa kali menawarkan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia, untuk melanjutkan studi ke negara itu, termasuk memperluas kerjasama ekonomi dan investasi.
“Misi kunjungan itu bertujuan untuk meningkatkan kerjasama kebudayaan, kerjasama ekonomi dan pariwisata dan pendidikan,” jelas Effendi Choirie.
Menurut catatan pihak Komisi I DPR RI, diplomasi Iran terhadap RI cukup positif , ditandai dengan kunjungan Menteri Pertahanan Iran, untuk kelima kalinya ke Indonesia, namun belum ada tindak lanjutnya.
Pihak DPR RI menyatakan, Iran bermaksud memberi kesempatan para peneliti Indonesia untuk melakukan berbagai kerjasama riset, termasuk bidang teknologi nuklir.
Analis politik internasional, Teuku Ardiansyah dari Lembaga Kajian Sipil untuk Demokrasi dan Strategi Pertahanan Global “Concern” mengatakan, Indonesia sebagai anggota Gerakan Non Blok (GNB) dapat memainkan peran kunci terhadap Iran dan diharap mampu mengajak para pemimpin dunia untuk lebih bersatu demi perdamaian sehingga menghindari konflik atau perang.
“Indonesia harus meminta dunia untuk menempatkan Iran tidak sebagai musuh, Iran adalah pihak yang harus dilindungi, baik dari sisi kekayaan intelektualnya maupun dari sisi humanisnya," ungkap Teuku Ardiansyah. "Kalaupun mereka memproduksi nuklir, memproduksi bom kimia, atau apapun namanya, maka jangan berulang seperti kejadian yang menimpa Irak , yang dulu dikatakan memiliki senjata pemusnah massal, namun terbukti tidak ada satupun yang bisa ditemukan,” tambahnya.
Ardiansyah menambahkan, Indonesia diharap lebih proaktif dalam menyatakan sikap dan posisi diplomasinya terhadap masa depan Iran dan perdamaian dunia.
Dalam sebuah wawancara dengan media Iran (IRIB), Duta Besar Republik Indonesia untuk Iran di Tehran, Dian Wirengjurit mengatakan, Indonesia sampai saat ini masih terus membeli minyak Iran meskipun adanya sanksi sepihak yang dikenakan atas Iran.
Dubes Dian mengatakan, volume perdagangan Indonesia-Iran pada tahun lalu mencapai 1,8 miliar dolar AS. Dubes menuturkan Jakarta sangat membutuhkan pertukaran perdagangan dengan Teheran dan akan terus melakukan kerja sama dengan Iran.
Saat ini, komoditas utama ekspor Iran ke Indonesia adalah minyak bumi, sementara ekspor Indonesia ke Iran lebih terkait dengan bahan-bahan mentah, seperti kertas, karet, kopi, dan kakao.
Pengamat mengatakan saat ini oleh negara-negara barat Iran tengah dilumpuhkan ekonomi dan diplomasinya, berkaitan dengan program nuklir Iran yang dipersengketakan.
Para ekonom barat (Goldman-Sachs) baru-baru ini meramalkan, pertumbuhan dunia di masa depan juga akan didorong dengan peningkatan ekonomi Negara-negara berkembang (Next-11) meliputi, Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Meksiko, Nigeria, Turki, Korea Selatan, dan Vietnam.