Ergo and Co, sebuah perusahaan kontraktor event di ibu kota, tengah mempersiapkan penayangan perdana bioskop drive-in alias layar tancap di Jakarta. Adam Hadziq, pendiri Ergo and Co mengatakan pada VOA, hiburan alternatif ini direncanakan hadir di Jakarta pada Juli mendatang.
Bioskop dengan konsep menonton dari dalam mobil ini mulai ramai dibicarakan warganet sejak merebaknya Covid-19. Konsep bioskop yang sempat tren di masa lampau ini dianggap pas dengan kebijakan pembatasan fisik dan sosial berskala besar.
“Kami main di angka sekitar 150-160 mobil per sekali penayangan film,” ujar Adam kepada VOA. Bioskop ini nantinya akan menggunakan layar berukuran 19 x 7 meter dengan kualitas tayangan 4K. Menurut Adam ukuran layar ini dua kali lipat dari layar bioskop konvensional agar bisa dinikmati semua penonton dari secara outdoor.
Untuk menikmati bioskop drive-in, Adam sarankan penggunaan mobil keluaran tahun 2000 ke atas, dengan tinggi maksimal 2 meter, serta berbahan bakar bukan diesel agar bisa mendapatkan posisi menonton terbaik. Untuk audio sendiri dinikmati melalui frekuensi radio sehingga bisa didengar melalui perangkat audio mobil.
Adam sendiri masih merahasiakan lokasi dan harga tiket. Namun ia menyebutkan bahwa ada dua jenis tiket yang akan dijual hanya secara daring, yakni paket pasangan (2 orang) dan keluarga (lebih dari dua).
“Kalau nonton sendiri, berarti harus cari tandemannya dulu,” candanya.
Hiburan dikonsep dengan fasilitas premium. Sebelum masuk ke area menonton, tiap mobil dimanjakan dengan beragam stan jajanan yang bisa dibeli secara drive-through. Untuk jamin kebersihan ekstra, setiap mobil akan secara otomatis disemprotkan disinfektan sebelum masuk ke area menonton.
Namun Drive-in Cinema ini tidak bersifat permanen. Adam mengatakan mungkin akan berpindah-pindah lokasi seperti konsep layar tancap, “Mungkin sekitar empat hari sampai satu minggu untuk program pertama. Tergantung deal kerja sama kita dengan pihak sponsor.”
Bioskop ini akan lakukan tiga kali penayangan pada hari biasa dan empat kali setiap Sabtu. Bagi penggemar film, jangan berharap akan temukan film terbaru ataupun film box office. Ergo and Co hanya menyasar film-film yang sempat tayang sebentar di bioskop sebelum pandemi memaksa tutup bioskop-bioskop di Jakarta. Selain itu, film-film yang memenangkan penghargaan Oscar dari 2018 juga menjadi jualan utama Drive-in Cinema.
Adam janjikan semua penonton akan bisa menonton dengan jarak pandang yang nyaman terlepas dari posisi parkir mobil. Namun siap-siap untuk memeriksa prakiraan cuaca sebelum Anda membeli tiket, karena hujan mungkin akan jadi ganjalan untuk bisa menikmati sensasi menonton outdoor dari mobil Anda.
Sejarah bioskop drive-in di Amerika Serikat
Konsep menonton film dari balik kemudi sempat menjadi tren besar di negeri Paman Sam. Bioskop dengan konsep ini bahkan sudah bisa ditemukan di sekitar 1910-an, meski baru dipatenkan pertama kali pada 1933 oleh Richard Hollingshead di negara bagian New Jersey.
Pada 1950-1960an, bioskop drive-in menjadi sangat populer di Amerika Serikat dengan setidaknya 4.000 bioskop drive-in yang mayoritas berlokasi di pinggiran kota. Dulunya jenis bioskop ini dikenal utamanya sebagai alternatif menonton film untuk keluarga atau untuk muda-mudi yang ingin berkencan dengan tarif yang lebih hemat.
Popularitas bioskop drive-in ini juga berkat keleluasaan menonton yang bisa dilakukan dibandingkan menonton film di bioskop dalam ruangan. Penonton bisa merokok, membawa bayinya, hingga menonton bersama keluarga di siang hari sembari piknik bersama.
Menurut Asosiasi Pemilik Bioskop Nasional di Amerika Serikat, mayoritas pemilik bioskop jenis ini dari kalangan bisnis kecil atau perseorangan. Mereka harus berkompetisi dengan pemain raksasa dari kalangan perusahaan di Amerika seperti AMC theatres. The Hollywood Reporter melaporkan AMC Theatres sebagai perusahaan bioskop terbesar di Amerika dengan 661 bioskop dan 8.200 studio yang tersebar seantero negeri. AMC Theatres bahkan juga memiliki sedikitnya 2.200 studio di benua Eropa.
Teknologi bioskop yang dimiliki bioskop drive-in pun tidak secanggih milik pemain besar yang sudah beralih ke teknologi digital, sehingga mempermudah distribusi penayangan filmnya. Akibatnya, bioskop-bioskop kecil di Amerika seringkali gagal menarik penonton karena kalah cepat dalam penayangan film. Sekarang Amerika diperkirakan hanya memiliki kurang dari 400 bioskop drive-in. [rw/dw]