Ketika jalan-jalan tertutup banjir, tanah longsor atau pos-pos pemeriksaan musuh, kerapkali satu-satunya cara mengirim obat dan pasokan penting ke daerah terpencil adalah melalui udara. Seperti terjadi dalam begitu banyak bidang lain, tugas itu bisa dilakukan oleh robot.
Di Rwanda, pengiriman vaksin dengan cepat ke mana saja dibutuhkan dilakukan dengan pesawat tanpa awak alias drone. Pesawat kecil tak bewaak akan terbang di langit Rwanda akhir tahun ini, membawa kotak-kotak yang sarat pasokan medis penting untuk dikirim ke klinik-klinik di wilayah terpencil.
"Kotak ini sudah dipenuhi obat. Masukkan ke drone, tutup pintu, kunci supaya tidak bergeser, dan siap dikirim," jelas seorang karyawan Zipline.
Drone-drone itu diproduksi Zipline, yang berpusat di California. Sedangkan vaksin dipasok GAVI Alliance Vaccine, dan proyek itu didanai UPS Foundation, bagian sosial perusahaan besar jasa pengiriman barang global, UPS.
"Kami percaya, memiliki rantai pasokan yang efisien dan tangguh, menyelamatkan nyawa. Kami selama ini secara aktif terlibat dalam organisasi-organisasi di seluruh dunia, mengirim bantuan ketika rantai pasokan tidak efisien dan terputus," kata Eduardo Martinez, ketua UPS Foundation.
Drone-drone itu mampu membawa 1,5 kilogram kargo dan menempuh perjalanan sampai 120 kilometer. Mereka terbang dalam rute yang telah ditentukan, dan setelah selesai mengirim paket, drone-drone itu kembali ke pangkalan.
Ide di balik provek itu adalah memungkinkan pemesanan obat semudah memesan pizza. Begitu petugas kesehatan selesai mengajukan permintaan darah atau pasokan lain, petugas di kantor pusat pengiriman mengemas pesanan itu dalam kotak berpelindung, memasukkannya ke dalam kargo drone, memindai kode yang menunjukkan tujuan drone, dan mengirim pesanan itu.
Biaya pengiriman dengan drone jauh lebih murah dibanding ongkos kirim dengan helikopter.
Selain menyediakan layanan penting, proyek itu akan memberi Zipline dan UPS data mengenai keamanan dan keandalan pengiriman drone. Itu bisa menjadi faktor penting bagi Federal Aviation Administration atau Dinas Penerbangan Federal Amerika untuk memutuskan apakah akan mengizinkan drone mengirim paket-paket di Amerika.
Bekerjasama dengan pemerintah Rwanda, Zipline berharap bisa melakukan sampai sebanyak 150 pengiriman sehari. Layanan itu dijadwalkan diluncurkan Agustus nanti. [ka/al]