Tautan-tautan Akses

Dua Kubu Bersitegang di Dewan Keamanan PBB soal Program Nuklir Iran


Dewan Keamanan PBB melakukan pemungutan suara mengenai resolusi non-proliferasi nuklir di markas besar PBB di New York City, AS, 20 Mei 2024. (Foto: REUTERS/Eduardo Munoz)
Dewan Keamanan PBB melakukan pemungutan suara mengenai resolusi non-proliferasi nuklir di markas besar PBB di New York City, AS, 20 Mei 2024. (Foto: REUTERS/Eduardo Munoz)

Amerika Serikat dan sekutu-sekutu kunci Eropanya bersitegang dengan Iran dan Rusia, terkait program nuklir Teheran yang diperluas dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Senin. Pada pertemuan itu, AS berjanji “mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencegah Iran yang dipersenjatai nuklir”.

AS, Prancis, Inggris dan Jerman menuduh Iran meningkatkan aktivitas nuklirnya, jauh di atas batas yang disetujui dalam sebuah kesepakatan pada 2015, yang bertujuan untuk mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir. Iran juga dituduh tidak bekerja sama dengan lembaga pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Iran dan Rusia menuduh AS dan sekutunya terus menerus menerapkan sanksi ekonomi yang seharusnya dihapuskan di bawah kesepakatan itu dan bersikukuh bahwa program nuklir Teheran, masih terus berada di bawah pengawasan IAEA.

Perselisihan ini muncul dalam pertemuan semi-tahunan terkait penerapan kesepakatan nuklir antara Iran dan enam negara besar – AS, Rusia, China, Inggris, Prancis, dan Jerman – yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau Joint Comprehensive Plan of Action.

Model pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr dipamerkan dalam pameran pencapaian nuklir Iran pada "Konferensi Internasional tentang Sains dan Teknologi Nuklir" di pusat Kota Isfahan, Iran, Senin, 6 Mei 2024. (Foto: AP)
Model pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr dipamerkan dalam pameran pencapaian nuklir Iran pada "Konferensi Internasional tentang Sains dan Teknologi Nuklir" di pusat Kota Isfahan, Iran, Senin, 6 Mei 2024. (Foto: AP)

Berdasarkan pernjanjian itu, Teheran setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya pada tingkat yang diperlukan bagi tujuan damai tenaga nuklir dengan imbalan penghapusan sanksi-sanksi ekonomi.

Mantan Presiden Donald Trump menarik AS dari kesepakatan itu pada 2018. Trump mengatakan, dia akan menegosiasikan sebuah kesepakatan yang lebih kuat, tetapi tidak pernah dilakukan.

Pertemuan dewan ini dilakukan setelah sebuah laporan dari IAEA pada akhir Mei, yang mengatakan bahwa Iran memiliki lebih dari 142 kilogram uranium yang dikayakan kemurniannya hingga 60 persen, langkah teknis yang mendekati dari level persenjataan dengan kemurnian 90 persen. IAEA mengatakan bahwa ini adalah peningkatan lebih dari 20 kilogram dibanding pada Februari.

IAEA juga melaporkan pada 13 Juni, bahwa inspektur mereka memverifikasi bahwa Iran telah memulai serangkaian sentrifugal canggih yang lebih cepat memperkaya uranium dan berencana membangunnya lebih banyak.

Deputi Duta Besar AS, Robert Wood mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa laporan-laporan IAEA “ menunjukkan bahwa Iran bertujuan untuk memperluas pogram nuklirnya dalam cara yang tidak memiliki tujuan sipil yang kredibel”.

Wood mengatakan AS bersiap untuk menggunakan semua langkah untuk mencegah negara Iran yang dilengkapoa senjata nuklir, tetapi juga mengatakan bahwa pihaknya masih “berkomitmen penuh untuk menyelesaikan kekhawatiran internasional seputar program nuklir Iran melalui diplomasi”.

Tiga negara Barat yang masih berada dalam kesepakatan ini – Prancis, Jerman dan Inggris – mengeluarkan pernyataan bersama setelah pertemuan Dewan Keamanan, yang menegaskan bahwa pintu masih terbuka untuk upaya diplomasi “ yang memastikan Iran tidak pernah mengembangkan senjata nuklir”. [ns/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG