Media awalnya hanya mengenalnya sebagai “Rajab,” salah satu pemilik warung kopi di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, yang dijarah massa pada hari Rabu (22/5) lalu. Meski tak kuasa menahan kesedihannya, Rajab mengatakan pasrah barang dagangannya dijarah habis massa. “Udah lah bukan rejeki kita, rejeki orang itu. Ya udahlah mau dibikin apa, namanya juga massa,” jawabnya lirih. Di layar televisi tampak bulir air mata mengalir, meski ia berupaya keras menahannya.
Demikian pula dengan Ismail, pemilik warung rokok dan jajanan pasar, yang tak saja dijarah tapi juga dirampok karena seluruh tabungan yang disimpannya di warung itu lenyap.
Tuhan mungkin punya rencana lain untuk keduanya. Jumat sore (24/5) Presiden Joko Widodo mengundang keduanya datang ke Istana Merdeka, setelah mengetahui kejadian yang dialami dari pemberitaan media. Seusai pertemuan, kepada wartawan keduanya mengatakan tidak menyangka diundang presiden ke Istana. Mereka juga menyampaikan musibah yang dialaminya kepada presiden.
“Pas malam itu massa dihalau aparat, mereka lari sambil menjarah. Pecah-pecahin warung pedagang kaki lima,” ujar Abdul Rajab, nama lengkap pemilik warung kopi berusia 62 tahun itu. Dalam musibah itu ia mengalami kerugian sekitar 30 juta. “Ini alhamdulillah Bapak Presiden bantu kita. Kita bisa berusaha lagi besok,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Ismail. Pemilik warung berusia 68 tahun itu menyampaikan terima kasih karena dapat bantuan dari presiden.
“Alhamdulillah ada sumbangan dari Bapak Presiden. Ketemu Bapak Presiden saya mengucap banyak terima kasih,” ujarnya.
Namun ia buru-buru menambahkan, “jangan sampai kejadian itu terulang lagi. Kayak gitu udah ngeri,” ujarnya.
Baik Rajab maupun Ismail tidak merinci berapa besar sumbangan yang diberikan presiden untuk memulai usaha kembali. (em)