Perawat pertama di RS Health Presbyterian Dallas, Texas yang tertular Ebola setelah merawat seorang warga Liberia yang tertular dan kemudian meninggal akibat virus mematikan itu, Kamis malam (16/10) dipindahkan ke sebuah fasilitas medis khusus di Maryland.
National Institutes of Health NIH lewat pernyataan tertulis mengatakan Nina Pham – perawat berusia 26 tahun yang positif tertular Ebola – telah diterbangkan dari Dallas, Texas ke Bethesda, Maryland Kamis malam (16/10).
Nina Pham akan dirawat oleh staf NIH yang memang memiliki keahlian khusus di bidang penyakit menular dan berbahaya. NIH adalah memiliki satu dari empat unit isolasi terlengkap di Amerika.
Pejabat-pejabat RS Health Presbyterian Dallas sebelumnya mengatakan Nina Pham yang keturunan Vietnam berada dalam kondisi baik.
Nina Pham meninggalkan rumah sakit di Dallas itu dengan ambulans sekitar jam 6 sore waktu setempat/ sementara puluhan perawat ikut mengantarkan di depan rumah sakit sambil membawa poster dan melambaikan tangan.
Nina dibawa ke bandara Love Field Dallas dan kemudian terbang menggunakan pesawat jet khusus yang sebelumnya telah menerbangkan perawat kedua yang juga tertular Ebola – Amber Joy Vinson – ke sebuah rumah sakit di Atlanta.
Pesawat tinggal landas menuju bandara Frederick Municipal di Frederick – Maryland sekitar jam 7 malam. Bandara ini terletak sekitar 35 mil dari NIH. Polisi dan petugas kota setempat mengatakan telah melakukan koordinasi untuk memastikan agar Nina Pham bisa tiba di NIH sesegera mungkin
Sebelumnya juru bicara RS Health Presbyterian Dallas, Wendell Watson mengatakan pemindahan Nina Pham ini penting dilakukan karena sejumlah petugas medis juga sedang diawasi dengan seksama jikalau memiliki gejala Ebola yang sama dan tidak bisa bekerja.
Sementara itu, Amber Joy Vinson – perawat kedua yang juga positif tertular Ebola telah dipindahkan ke sebuah pusat penyakit menular dan berbahaya di Emory University Hospital di Atlanta, Georgia.
Nina Pham dan Amber Joy Vinson adalah dua dari beberapa petugas medis yang ikut merawat Thomas Eric Duncan – warga Liberia yang sempat dirawat selama 10 hari di RS Health Presbyterian Dallas, sebelum akhirnya meninggal pada tanggal 8 Oktober lalu.
Para petugas medis yang diwawancarai staf Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika CDC mengatakan mereka mengenakan perlengkapan pelindung lengkap, termasuk pakaian khusus untuk merawat penyakit berbahaya, pelindung wajah dan tangan, serta pelindung kaki. Ini merupakan bagian dari protokol yang telah ditetapkan CDC sebelumnya untuk menangani pasien Ebola. Belum diketahui bagaimana kedua perawat itu bisa tertular virus mematikan itu.
Dalam perkembangan lainnya sekitar 75 petugas medis yang sebelumnya telah merawat Thomas Eric Duncan hari Kamis (16/10) diminta menandatangani dokumen hukum bahwa mereka setuju untuk tinggal di rumah dan tidak bepergian ke tempat umum atau menggunakan fasilitas dan kendaraan umum selama masih masih dalam pengawasan medis. Menurut hakim Clay Jenkins di Dallas, dokumen itu merupakan perjanjian yang mengikat secara hukum, tetapi tidak menjelaskan lebih rinci sanksi apa yang akan dikenakan jika ke-75 petugas medis itu melanggar perjanjian yang ada dalam dokumen tersebut.
Penandatanganan perjanjian ini merupakan salah satu dari upaya yang diambil untuk mencegah penularan Ebola lebih jauh. Upaya ini ditengarai diambil setelah Amber Joy Vinson – perawat kedua yang positif tertular Ebola – bepergian dengan menggunakan pesawat terbang dari Dallas menuju Cleveland pada akhir pekan lalu untuk mengurus pernikahan keluarganya.
CDC sedang menyelidiki apakah Amber Joy Vinson telah memiliki gejala Ebola – seperti demam, muntah, mual dan radang sendi – ketika ia terbang. Untuk mengantisipasi kemungkinan telah terjadinya penularan selama dalam penerbangan itu, maskapai penerbangan Frontier Airlines mengatakan telah memberitahu seluruh penumpang yang saat itu ikut terbang bersama Amber Joy Vinson dan juga seluruh penumpang yang menggunakan pesawat terbang itu kemudian, untuk segera menghubungi CDC jika memiliki gejala Ebola.