PARIS —
Pada pertengahan abad ini, dua pertiga penduduk dunia akan tinggal di kota-kota, dan menghadapi tantangan lingkungan.
Saat ini, kira-kira separuh populasi dunia tinggal di dekat atau di dalam kota. Perkotaan juga menghasilkan kira-kira dua-pertiga emisi gas rumah kaca. Jadi tampaknya mengkhawatirkan bahwa penduduk perkotaan kemungkinan akan menjadi dua kali lipat lebih pada akhir abad ini.
Tapi studi baru yang dirilis oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan – OECD yang bermarkas di Paris menunjukkan peningkatan kinerja lingkungan dalam "penghijauan" kota juga berdampak baik bagi perekonomian.
Kepala program pengembangan perkotaan - OECD William Tompson mengawasi laporan studi yang dirilis hari Kamis (23/5) pada Konferensi kota hijau di Stockholm.
"Dalam hal tantangan lingkungan - dan perubahan iklim tertentu, yang merupakan tantangan global - ada sejumlah besar langkah yang dapat diambil oleh kota-kota itu. Dan kami melihat makin banyak kota melakukannya," ujar Tompson.
Studi baru itu lebih banyak dipusatkan pada strategi yang sudah terbukti sukses, seperti membangun kawasan ekologi, mengenakan biaya kemacetan pada kendaraan, dan membangun gedung ramah lingkungan di negara-negara Barat seperti Paris, Stockholm dan Chicago. Tapi tahap selanjutnya dari penelitian OECD akan mensasarkan kota-kota di negara-negara berkembang Asia.
Tompson menambahkan, "Sangat penting, bahwa negara-negara Asia yang dinamis menghadapi masalah yang tidak dialami di kota-kota seperti Stockholm dan Paris. Pertama-tama, kota-kota itu berkembang sangat cepat. Kedua, kota-kota itu kemungkinan besar mengarah ke industrialisasi ... dan industrialisasinya sangat cepat. Itu penting karena di negara-negara Barat, khususnya di Eropa Barat, sebagian besar justru mengurangi industrialisasi di kota-kotanya."
Tapi ada kemiripan pada kota-kota di seluruh dunia - misalnya, pentingnya menyesuaikan kebijakan dan mekanisme pembiayaan yang mendukung teknologi hijau, memprioritaskan angkutan umum dan mengembangkan pusat kota dan bukannya memperluas wilayah perkotaan.
Pesan utamanya: kota adalah masa depan kita, sehingga kota "hijau" merupakan kunci dalam membuatnya berkesinambungan.
Saat ini, kira-kira separuh populasi dunia tinggal di dekat atau di dalam kota. Perkotaan juga menghasilkan kira-kira dua-pertiga emisi gas rumah kaca. Jadi tampaknya mengkhawatirkan bahwa penduduk perkotaan kemungkinan akan menjadi dua kali lipat lebih pada akhir abad ini.
Tapi studi baru yang dirilis oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan – OECD yang bermarkas di Paris menunjukkan peningkatan kinerja lingkungan dalam "penghijauan" kota juga berdampak baik bagi perekonomian.
Kepala program pengembangan perkotaan - OECD William Tompson mengawasi laporan studi yang dirilis hari Kamis (23/5) pada Konferensi kota hijau di Stockholm.
"Dalam hal tantangan lingkungan - dan perubahan iklim tertentu, yang merupakan tantangan global - ada sejumlah besar langkah yang dapat diambil oleh kota-kota itu. Dan kami melihat makin banyak kota melakukannya," ujar Tompson.
Studi baru itu lebih banyak dipusatkan pada strategi yang sudah terbukti sukses, seperti membangun kawasan ekologi, mengenakan biaya kemacetan pada kendaraan, dan membangun gedung ramah lingkungan di negara-negara Barat seperti Paris, Stockholm dan Chicago. Tapi tahap selanjutnya dari penelitian OECD akan mensasarkan kota-kota di negara-negara berkembang Asia.
Tompson menambahkan, "Sangat penting, bahwa negara-negara Asia yang dinamis menghadapi masalah yang tidak dialami di kota-kota seperti Stockholm dan Paris. Pertama-tama, kota-kota itu berkembang sangat cepat. Kedua, kota-kota itu kemungkinan besar mengarah ke industrialisasi ... dan industrialisasinya sangat cepat. Itu penting karena di negara-negara Barat, khususnya di Eropa Barat, sebagian besar justru mengurangi industrialisasi di kota-kotanya."
Tapi ada kemiripan pada kota-kota di seluruh dunia - misalnya, pentingnya menyesuaikan kebijakan dan mekanisme pembiayaan yang mendukung teknologi hijau, memprioritaskan angkutan umum dan mengembangkan pusat kota dan bukannya memperluas wilayah perkotaan.
Pesan utamanya: kota adalah masa depan kita, sehingga kota "hijau" merupakan kunci dalam membuatnya berkesinambungan.