Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon Senin (25/11) mengatakan kepada VOA bahwa perundingan menuju gencatan senjata dengan Hizbullah, milisi Syiah Lebanon yang didukung Iran, “bergerak maju” tetapi belum “rampung.”
Ia menambahkan bahwa Israel akan mempertahankan kemampuan untuk menyerang Lebanon selatan berdasarkan perjanjian apa pun.
Menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB, Danon mengatakan ia memperkirakan Kabinet Israel akan bersidang pada hari Senin atau Selasa untuk membahas kesepakatan gencatan senjata.
“Kami akan memastikan bahwa kami akan memiliki kemampuan untuk menetralisir ancaman apa pun yang tidak akan ditangani di Lebanon selatan. Saya berharap militer Lebanon akan mengurus hal itu kelak, tetapi jika mereka gagal, kami akan kembali di sana,” kata Danon.
Sementara itu, wakil ketua parlemen Lebanon Elias Bou Saab mengatakan tidak ada penghalang besar untuk menerapkan perjanjian gencatan senjata yang diusulkan AS, yang mengharuskan penarikan Israel dari Lebanon Selatan dan pengerahan pasukan Lebanon dalam 60 hari.
Satu komite terdiri dari lima negara yang dipimpin AS dan mencakup Prancis, akan mengawasi proses itu.
Sebelumnya hari Senin, pasukan Israel melancarkan serangan udara terhadap pinggiran selatan kota Beirut, dalam serangan yang menyusul peringatan Israel agar orang-orang meninggalkan daerah tersebut.
Militer Israel mengatakan dalam peringatannya bahwa militan Hizbullah beroperasi di Haret Hreik, dan tidak lama kemudian sedikitnya dua serangan menyebabkan asap tetap membubung ke angkasa.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan serangan-serangan itu menargetkan markas-markas komando militer Hizbullah.
Serangan itu terjadi sehari setelah militan Hizbullah menembakkan sekitar 250 roket dan proyektil lainnya ke Israel sebagai tanggapan atas serangan Israel terhadap Beirut yang menewaskan sedikitnya 29 orang.
Sebagian serangan Hizbullah mencapai kawasan Tel Aviv di jantung Israel dan melukai tujuh orang. Ini adalah salah satu serangan terbesar yang dilancarkan Hizbullah sejak kelompok ini mulai menembaki Israel lebih dari satu tahun silam sebagai bentuk dukungan bagi militan Hamas, yang menyerang Israel pada Oktober 2023 dan kemudian berperang dengan Israel di Gaza sejak itu.
Pertempuran itu telah menyebabkan krisis kemanusiaan, menelantarkan ratusan ribu orang.
Hari Senin, Program Pangan PBB (WFP) mengumumkan bahwa organisasi itu telah memberi bantuan darurat bagi lebih dari setengah juta orang di Lebanon sejak konflik dimulai. WFP mengatakan berencana untuk menjangkau 1 juta orang dan terus bekerja tanpa lelah untuk mengirimkan bantuan penting kepada kelompok-kelompok masyarakat yang terdampak. Tetapi Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengecilkan harapan mengenai dihentikannya pertempuran.
“Saya tidak yakin ini akan terjadi,” kata Borrell kepada wartawan hari Minggu malam setelah pertemuan seharian dengan para pejabat Lebanon. “Saya tidak melihat pemerintah Israel menunjukkan keinginan jelas untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.”
Militan Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang pada serangan 7 Oktober 2023 mereka terhadap Israel yang memicu perang yang berlangsung sekarang ini di Gaza. Israel mengatakan percaya Hamas masih menyandera 101 orang, termasuk 35 yang kata militer telah tewas.
Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 44.235 orang Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan mereka yang bertempur dalam penghitungannya.
Hamas dan Hizbullah telah ditetapkan sebagai kelompok teror oleh AS, Inggris dan negara-negara Barat lainnya. [uh/ab]
Forum