Perdagangan gelap hewan liar itu mengancam keamanan dan peraturan hukum, dan mendanai kelompok-kelompok pemberontak bersenjata di Afrika. Keterlibatan kejahatan terorganisir yang meningkat dalam perburuan gelap dan perdagangan satwa liar langka memicu korupsi, memperkuat jalur-jalur perdagangan gelap, menggoncang perekonomian dan merugikan masyarakat yang hidupnya tergantung dari satwa liar demi keragaman hayati dan pendapatan dari pariwisata.
Perdagangan gading gajah dilarang tahun 1989 dalam Konvensi Tentang Perdagangan Internasional jenis-jenis Fauna dan Flora Langka. Satu dari satwa liar utama Afrika adalah gajah, yang hampir punah. Tiap hari, sekitar 60 sampai 100 gajah dibunuh untuk diambil gadingnya. Jika kejahatan ini terus terjadi, Afrika akan kehilangan 20 persen populasi gajahnya dalam satu dasawarsa.
Tetapi, masyarakat internasional berusaha menghentikan trend itu. Akhir Januari lalu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan 2 resolusi yang ditujukan pada negara-negara yang memberi hukuman lunak terhadap penyelundup dan pelaku perdagangan gelap, maupun negara-negara tujuan, di mana permintaan akan bagian-bagian tubuh hewan liar itu, paling tinggi.
Beberapa negara termasuk Amerika Serikat, China, Perancis, Gabon dan Filipina, telah menghancurkan berton-ton gading yang disita, untuk mengirim pesan kuat bahwa produk-produk hewan liar yang diperdagangkan secara gelap, tidak akan berhasil memasuki pasar legal. Penghancuran gading-gading sitaan itu mengirim pesan jelas kepada para pemburu gelap dan konsumennya bahwa perdagangan gading dan produk-produk gelap hewan langka lainnya, tidak akan dibiarkan.
Togo, negara di Afrika Barat adalah satu negara terbaru yang bergabung dengan negara-negara lain untuk melindungi populasi gajah Afrika.
Bulan Januari 2014, pihak berwenang Togo menyita lebih dari 4 ton gading gelap. Ini adalah penyitaan yang terbesar dalam sejarah di Afrika Barat. Pada bulan Agustus 2013, pemerintah Togo menangkap Emile N’Bouke, penyelundup satwa liar yang terkenal.
Amerika Serikat memuji pemerintah Togo atas upayanya melindungi satwa liar dan langka di Afrika.
Upaya-upaya Togo menjadi contoh bagi dunia dalam menentang perdagangan satwa liar yang langka. Amerika berjanji akan bermitra dengan negara-negara Afrika seperti Togo, untuk melawan ancaman ini.
Perdagangan gading gajah dilarang tahun 1989 dalam Konvensi Tentang Perdagangan Internasional jenis-jenis Fauna dan Flora Langka. Satu dari satwa liar utama Afrika adalah gajah, yang hampir punah. Tiap hari, sekitar 60 sampai 100 gajah dibunuh untuk diambil gadingnya. Jika kejahatan ini terus terjadi, Afrika akan kehilangan 20 persen populasi gajahnya dalam satu dasawarsa.
Tetapi, masyarakat internasional berusaha menghentikan trend itu. Akhir Januari lalu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan 2 resolusi yang ditujukan pada negara-negara yang memberi hukuman lunak terhadap penyelundup dan pelaku perdagangan gelap, maupun negara-negara tujuan, di mana permintaan akan bagian-bagian tubuh hewan liar itu, paling tinggi.
Beberapa negara termasuk Amerika Serikat, China, Perancis, Gabon dan Filipina, telah menghancurkan berton-ton gading yang disita, untuk mengirim pesan kuat bahwa produk-produk hewan liar yang diperdagangkan secara gelap, tidak akan berhasil memasuki pasar legal. Penghancuran gading-gading sitaan itu mengirim pesan jelas kepada para pemburu gelap dan konsumennya bahwa perdagangan gading dan produk-produk gelap hewan langka lainnya, tidak akan dibiarkan.
Togo, negara di Afrika Barat adalah satu negara terbaru yang bergabung dengan negara-negara lain untuk melindungi populasi gajah Afrika.
Bulan Januari 2014, pihak berwenang Togo menyita lebih dari 4 ton gading gelap. Ini adalah penyitaan yang terbesar dalam sejarah di Afrika Barat. Pada bulan Agustus 2013, pemerintah Togo menangkap Emile N’Bouke, penyelundup satwa liar yang terkenal.
Amerika Serikat memuji pemerintah Togo atas upayanya melindungi satwa liar dan langka di Afrika.
Upaya-upaya Togo menjadi contoh bagi dunia dalam menentang perdagangan satwa liar yang langka. Amerika berjanji akan bermitra dengan negara-negara Afrika seperti Togo, untuk melawan ancaman ini.