Duta Besar Rusia untuk PBB pada Selasa (3/12) menuduh badan intelijen Ukraina membantu pemberontak yang memerangi pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad, dengan mengatakan beberapa pejuang “secara terbuka memamerkan” hubungan tersebut.
Pemberontak yang bertempur bersama kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) "tidak hanya tidak menyembunyikan fakta bahwa mereka didukung oleh Ukraina, tetapi mereka juga secara terbuka memamerkan hal ini,” kata Vassily Nebenzia kepada Dewan Keamanan.
Utusan Rusia tersebut mengatakan ada “jejak yang dapat diidentifikasi” yang menunjukkan badan intelijen militer Ukraina (GUR) “menyediakan senjata untuk para pejuang” di Suriah barat laut.
“Instruktur militer Ukraina dari GUR hadir... melatih para pejuang HTS untuk operasi tempur,” termasuk melawan pasukan Rusia di Suriah, tuduh Nebenzia.
Serangan baru yang terjadi pada minggu lalu, yang dipimpin oleh HTS dan sekutu-sekutunya, telah menyebabkan pergeseran besar di garis depan perang saudara Suriah yang telah lama membeku. Para pemberontak yang dipimpin kelompok Islamis kini maju ke kota terbesar keempat Suriah, Hama, setelah merebut Aleppo.
Rusia adalah salah satu sekutu utama Assad. Intervensi Rusia pada tahun 2015 dalam perang saudara Suriah mengubah keadaan yang menguntungkan pemerintahan Assad.
Di tengah serangan baru tersebut, sebuah pernyataan dari komando militer Suriah mengatakan pasukannya menyerang “organisasi teroris” di provinsi Hama dan Idlib utara, dengan dukungan udara Rusia.
Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan pada hari Senin (2/12) bahwa Rusia dan Iran – keduanya pendukung pemerintahan garis keras Assad – “memikul tanggung jawab utama” atas eskalasi pertempuran baru-baru ini.
“Diktator Rusia (Vladimir) Putin dan sekutunya di Iran terus melakukan segala upaya untuk tidak kehilangan kendali atas rezim boneka Suriah, yang oleh mayoritas warga Suriah dikaitkan dengan kekejaman, tirani, dan kejahatan yang tidak manusiawi,” kata kementerian tersebut. [lt/ab]
Forum