India telah memproyeksikan ekonominya akan naik 7 sampai 7,5 persen tahun ini dan merebut kembali posisinya sebagai ekonomi besar dengan pertumbuhan paling cepat di dunia, dan meremehkan dampak larangan mata uang dan reformasi pajak yang merugikan.
Namun, pemerintah telah memperingatkan bahwa naiknya harga minyak internasional berdampak negatif pada negara yang sangat bergantung pada impor energi itu.
“Ekonomi tumbuh cukup pesat,” kata kepala penasihat ekonomi negara itu, Arvind Subramanian ketika menyampaikan survei ekonomi tahunan negara itu.
“Beberapa indikator aktivitas menunjukkan pertumbuhan bidang manufakturing, investasi, ekspor, dan kredit, semuanya mulai meningkat. Arahnya sangat baik.”
Proyeksi bagi ekonomi terbesar ketiga di Asia itu sejalan dengan perkiraan oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional baru-baru ini. Bangkitnya pertumbuhan adalah kabar baik bagi India.
Tahun lalu pertumbuhannya melamban ke tingkat yang rendah selama tiga tahun berturut-turut. Padahal India pernah sesumbar akan mengalahkan Tiongkok sebagai ekonomi dengan pertumbuhan paling cepat di dunia pada tahun 2015.
Melambannya ekonomi India berbeda dengan banyak negara dimana pertumbuhan justru meningkat. Diduga penyebabnya adalah dua reformasi kebijakan besar yang muncul hanya berselang enam bulan.
Bisnis-bisnis terganggu selama beberapa bulan tahun lalu sementara pemerintah berupaya mengganti uang tunai menyusul larangan mata uang yang menyedot 86 persen uang tunai. Reformasi pajak yang sudah lama tertunda, Pajak Barang dan Jasa (GST) dijalankan bulan Juli, namun penerapannya kurang matang sehingga menyebabkan kekacauan bagi sektor bisnis .
“Dampak sementara dari demonetisasi dan GST telah sirna. Langkah-langkah perbaikan telah diambil,” kata Subramanian menyatakan optimismenya mengenai proyeksi pertumbuhan baru itu.
Pemerintah mengatakan kedua upaya itu telah membantu meningkatkan jumlah orang yang membayar pajak. Mengembalikan momentum pertumbuhan penting bagi India yang menyebut negara itu sebagai destinasi menarik bagi investor internasional.
Perdana Menteri India Narendra Modi pekan lalu merayu para investor di Forum Ekonomi Dunia di Davos. Dia mengatakan bahwa proteksionisme mulai menguat dan globalisasi kehilangan daya tarik, tapi India tetap terbuka bagi bisnis.
Bangkitnya ekonomi juga merupakan kabar baik bagi pemerintahan nasionalis Hindu yang dipimpin Modi, yang bersiap-siap menghadapi pemilu tahun depan.
Para pakar ekonom mengatakan pemerintah diperkirakan akan memusatkan perhatian pada program-program pembangunan desa dan UKM-UKM dalam anggaran belanja mendatang yang akan diuraikan hari Kamis sementara pemerintah mencari cara-cara untuk menciptakan lapangan kerja bagi populasi berusia muda yang besar.
“Dunia sangat optimistis mengenai India. Anggaran 2018 akan menambah kesegaran baru pada pembangunan India dan memenuhi aspirasi rakyat,” kata Perdana Menteri lewat Twitter ketika parlemen dibuka hari Selasa.
Survei itu juga menegaskan tantangan yang dihadapi populasi desa yang besar di India. Survey itu mengatakan lahan-lahan pertanian yang tidak diirigasi mengalami dampak buruk yang besar dari perubahan iklim, suhu ekstrem dan kurang hujan. Meringankan penderitaan para petani merupakan tantangan besar bagi pemerintah. [vm/ii]