Ekonomi Jepang mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak 2015, sementara pandemi virus corona membuat aktivitas ekonomi di dalam dan di luar negeri terhenti.
Angka-angka yang dilansir hari Senin (18/5) oleh Kantor Kabinet Jepang memperlihatkan produk domestik bruto negara itu menyusut 3,4 persen per tahun dalam kuartal pertama 2020, menyusul kontraksi pada kuartal terakhir 2019, yang membuat Jepang secara teknis dalam keadaan resesi dengan kontraksi pada dua kuartal secara berturut-turut.
Wabah Covid-19 memperburuk situasi yang sudah sulit bagi ekonomi terbesar ketiga dunia ini, yang menghadapi dampak kenaikan pajak penjualan dan topan kuat. Pandemi menyebabkan karantina di berbagai penjuru dunia, sementara pemerintah negara-negara berusaha menghentikan penyebaran virus corona.
Dampak virus corona terhadap Jepang termasuk ringan dibandingkan dengan di seluruh dunia. Jepang mencatat lebih dari 16 ribu kasus terkonfirmasi, termasuk lebih dari 700 kematian. Tetapi PM Shinzo Abe memberlakukan situasi darurat terhadap Tokyo dan enam prefektur lainnya bulan lalu karena khawatir wabah virus corona akan membuat sistem layanan kesehatan Jepang kewalahan, dan kemudian sempat sebentar meluaskan pemberlakuannya ke seluruh bagian negara itu.
Pemerintah telah mengumumkan RUU stimulus 990 miliar dolar untuk mengatasi penurunan ekonomi akibat pandemi, termasuk 55 miliar dolar bantuan tunai langsung untuk keluarga dan usaha kecil. [uh/ab]