Sejak pandemi virus corona, Fify Manan, presiden dan CEO Formcase Group, semakin sibuk. Pengusaha furnitur di Atlanta, Georgia, ini belakangan lebih banyak berada di Indonesia untuk mengurusi ekspor, impor dan distribusi.
“Ekspor ke Amerika sejak masa Covid-19 memang terhambat di bulan Maret sampai Mei. Tetapi kemudian bulan Juni-Juli sampai Agustus sudah mulai meningkat. Namun, tetap nilai ekspornya menurun, kurang lebih 50 persen," ujar Fify Manan.
Apa yang disampaikan Fify juga dirasakan oleh Zen Aljufri, pendiri Aljufri Global Enterprises di Maryland pada 2010. Zen lebih banyak mengimpor hasil laut, furnitur, dan hasil bumi Indonesia ke Amerika.
“Impor saya, fresh seafood, sempat terhenti total. Jadi, tidak ada permintaan sama sekali. Total saya nol. Baru mulai nih, beberapa bulan terakhir ini," ujar Zen.
Namun, penurunan tidak terjadi pada perusahaan yang dikelola Fify. Sebaliknya, impor kursi ergonomis dari Amerika mencatat kenaikan bermakna dari 7 persen menjadi 17 persen.
“Penjualan kursi meningkat jauh karena banyak yang memerlukan untuk work from home (bekerja dari rumah)," paparnya.
Dalam keterangan tertulis, Atase perdagangan KBRI di Washington, Wijayanto, mengatakan data USITC pada 9 September 2020 menunjukkan ekspor Indonesia ke Amerika pada Januari–Juli 2020 naik 0,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Indonesia adalah negara pengekspor terbesar ke-21 ke Amerika.
Menurut Kementerian Perdagangan Indonesia, total perdagangan Indonesia-Amerika untuk Januari-Mei 2020 tercatat $10,75 miliar, dengan surplus bagi Indonesia sebesar $3,7 miliar. Kenaikan nilai ekspor Indonesia ke Amerika, antara lain, tercatat dalam bidang furnitur, salah satu bisnis yang juga digeluti Zen. Ekspor furnitur, menurut Data Global Trade Atlas 2020, naik lebih dari 51 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
“Dugaan saya, (ini) hanya limpahan keberkahan dari trade war antara Amerika dan China. Karena ada kelangkaan produk di Amerika akibat terhentinya suplai dari China, maka mau tidak mau, pihak distributor di Amerika mencari negara lain yang bisa menyuplai dengan cepat. Dan Indonesia seringkali bisa menyediakan itu," ujar Zen
Di Indonesia, dua perempuan pengusaha, Dewi Novita Sari dan Lea Elfara, mengatakan pandemi membuat bisnis mereka mandek. Dewi mengekspor produk bumbu ke Amerika dengan merk Terasa Indonesia pada Januari 2020.
“Ekspor ke Amerika baru satu kali itu. Sehabis itu, pandemik," kata Dewi.
Lea Elfara terpaksa menunda kesepakatan bisnisnya dengan pengusaha dari Amerika akibat pandemi. Rencananya mengekspor kopi ke Amerika pun tertunda. Bisnisnya yang lain, juga mandek.
“Gara-gara corona akhirnya banyak pekerjaan yang tertunda. Jadi, pembayaran-pembayaran pun banyak yang mundur," ujar Lea.
Sebagai pengurus Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di KADIN, Lea mencatat, perusahaan–perusahaan besar justru tertatih-tatih. Yang masih terus bergerak, menurutnya, adalah UKM, misalnya bidang kuliner.
Di Amerika, bisnis kuliner, menurut Fify, justru terimbas pandemi. Namun, perusahaan yang aktif secara online, termasuk bidang pangan, kata Fify, umumnya mencatat kenaikan. Yang pasti, ketua Dewan Bisnis Diaspora Indonesia ini mengaku prihatin karena pandemi memaksa banyak diaspora Indonesia menutup restorannya.[ka/ab]