Data perdagangan baru menunjukkan ekonomi Jepang yang mengandalkan ekspor lambat laun kembali ke tingkat sebelum bencana gempa-bumi dan tsunami tanggal 11 Maret.
Data hari Kamis itu menunjukkan ekspor Jepang bulan Juli hanya 3,3 persen lebih rendah daripada bulan yang sama tahun lalu. Penurunan ini lebih baik dari perkiraan, mengingat pengurangan aliran listrik dan tersendatnya pasokan suku cadang yang mengganggu sektor pabrik sejak kedua bencana tersebut terjadi. Sebelumnya, para pakar ekonomi memperkirakan angka ekspor Jepang akan mengalami penurunan yang jauh lebih tajam.
Negara itu juga melaporkan surplus perdagangan bulanan yang kedua setelah beberapa bulan defisit setelah bencana. Namun, surplus tersebut jauh lebih kecil daripada bulan yang sama tahun lalu karena peningkatan impor 9,9 persen, yang disebabkan sebagian oleh harga minyak yang lebih tinggi.
Walaupun sektor pabrikmulai pulih dari bencana gempa bumi dan tsunami tersebut, para analis mengatakan peningkatan cepat dalam nilai Yen tetapmenjadi keprihatinan utama para eksportir.
