Beberapa analis dan mereka yang melakukan jajak pendapat juga mengkaji mengapa perkiraan tentang kemenangan Hillary Clinton dalam pemilu kali ini ternyata salah.
Tokoh Partai Demokrat – Hillary Clinton – yang berharap bisa menjadi presiden perempuan pertama di Amerika, Rabu siang (9/11) mengakui kekalahannya, beberapa jam setelah Donald Trump mengklaim kemenangan yang akan menjadikannya presiden ke-45 Amerika tanggal 20 Januari nanti.
Clinton mengatakan kepada para pendukungnya bahwa “kita harus menerima Trump dengan pikiran terbuka dan memberinya kesempatan untuk memimpin”.
“Kita telah melihat betapa tajamnya perpecahan dalam bangsa kita, jauh lebih dalam dari yang kita perkirakan. Tetapi saya masih yakin pada Amerika, dan saya akan selalu yakin, dan jika Anda juga memiliki keyakinan yang sama, maka kita harus menerima hasil ini dan kemudian melihat ke depan,” ujar Clinton.
Pasca pernyataan Clinton yang bernada mendamaikan itu, Presiden Barack Obama menyampaikan pernyataan singkat di Gedung Putih, mendesak negara yang terpecah tajam ini untuk mendukung Trump sebagai panglima tertinggi berikutnya di Amerika.
“Kita tidak mendahulukan Partai Demokrat. Kita tidak mendahulukan Partai Republik. Kira selalu mendahulukan Amerika. Kita adalah patriot. Kita semua ingin melakukan yang terbaik bagi negara ini. Ini yang saya dengar dalam pernyataan Trump tadi malam, ini yang saya dengar ketika saya berbicara dengannya secara langsung, dan saya merasa berbesar hati mendengarnya,” kata Obama.
Pesan yang mendamaikan disampaikan Trump dalam pidato kemenangannya Rabu dini hari (9/11).
“Bagi yang tidak mendukung saya sebelumnya – yang jumlahnya cukup banyak – saya ingin mengajak Anda untuk memberi arahan dan bantuan supaya kita bisa bekerjasama dan menyatukan negara hebat ini,” ujar Trump.
Trump beruntung karena memiliki Kongres yang dikuasai oleh Partai Republik, prospek yang menggembirakan Ketua DPR Paul Ryan.
“Trump berhasil meraih para pemilih lebih baik dibanding siapapun. Ia telah menjungkir-balikkan politik dan kini Donald Trup akan memimpin pemerintah Partai Republik yang solid,” papar Ryan.
Menurut analis Norman Eisen, kemenangan Trump terutama adalah berkat dukungan kuat pemilih kelas pekerja kulit putih yang frustrasi dengan isu-isu ekonomi.
“Ketidakpuasan yang berkepanjangan pasca krisis keuangan tahun 2008, dan peralihan ekonomi Amerika serta dampaknya terhadap para pekerja dan orang kebanyakan selama sepuluh tahun terakhir ini,” ulas Eisen.
Banyak jajak pendapat sebelum pemilu menunjukkan Clinton akan menang, dan hal ini akan memaksa para pembuat pol dan analis politik untuk mengkaji ulang cara-cara pemiliran mereka, ujar analis Molly Reynolds.
“Apakah jajak pendapat itu menanyakan hal yang tepat kepada pemilih? Apakah kita mengukur dengan tepat bagaimana pemilih menggunakan hak pilih mereka? Kita perlu mengkaji apa yang membuat kita mencapai perkiraan yang berbeda dengan kenyataan sesungguhnya,” kata Molly.
Sambil Clinton keluar dari panggung politik, Trump harus memusatkan perhatian pada pembentukan pemerintahan baru. [em/ii]