Mayat empat anak dan tiga orang dewasa ditemukan pada Jumat (11/5) di Kota Osmington, Australia Barat, 280 kilometer di selatan ibu kota negara bagian, Perth.
Kekerasan senjata semacam ini jarang terjadi di Australia. Laporan media mengatakan pembunuhan itu merupakan penembakan massal terburuk sejak pembantaian Port Arthur di negara bagian pulau Tasmania pada 1996.
Di Port Arthur, 35 orang ditembak mati oleh seorang pria bersenjata, Martin Bryant, yang kini masih berada di penjara. Penembakan itu memicu perombakan menyeluruh undang-undang senjata api Australia, yang secara drastis telah mengurangi kejahatan terkait senjata. Undang-undang itu melarang senjata otomatis dan semi otomatis.
Alasan di balik tragedi pada Jumat itu mungkin tidak pernah diketahui. Dua senjata api ditemukan di tempat kejadian, dan masih diteliti oleh para ahli forensik.
Pelaku penembakan diyakini membunuh diri sendiri setelah melakukan perbuatannya, meskipun ini belum dikonfirmasi oleh aparat penegak hukum.
Tiga generasi dari keluarga yang sama termasuk di antara para korban. Katrina Miles ditemukan tewas bersama empat anaknya yang berusia 8, 10, 12 dan 13 tahun, dan ibunya yang berusia 58 tahun, Cynda. Tubuh seorang pria agak tua tergeletak di kursi di beranda di luar.
Kota Margaret River di dekatnya dikenal sebagai kota selancar populer, dan banyak penduduk setempat menyatakan terkejut atas kematian tersebut.
Pimpinan kota itu Pamela Townshend, mengatakan kematian itu membuat perasaan penduduk sangat terguncang.
"Dalam komunitas kecil seperti ini dampak tragedi ini akan sangat besar – dampaknya sudah sangat terasa karena di komunitas ini kami sangat akrab satu sama lain," kata Pamela.
Mark McGowan, perdana menteri negara bagian Australia Barat, juga bereaksi terhadap tragedi itu.
"Empat anak kecil, seorang ibu dan seorang nenek yang dibunuh dengan cara ini adalah teramat menyedihkan dan kita semua sangat merasakannya," kata McGowan. [my/ds]