Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan bertambahnya eksodus pengungsi dari Suriah setelah pasukan pemerintah melancarkan serangan udara yang menarget kelompok pemberontak di provinsi Idlib. Serangan yang dibantu pasukan Rusia ini mengancam hubungan Ankara dan Moscow yang sedang membaik.
“Saat ini ada sebanyak 50.000 orang datang dari Idlib. Kami telah menampung 4 juta orang, dan sekarang, tambahan lagi 50.000 orang. Mungkin angka ini akan bertambah lagi,” kata Erdogan hari Kamis (19/12) di Kuala Lumpur, dalam pertemuan puncak pemimpin Muslim dunia.
Erdogan tidak menjelaskan lebih jauh apakah para pengungsi itu sudah mencapai perbatasan Turki atau tidak. Provinsi Idlib adalah wilayah terakhir di Suriah yang dikuasai oleh pemberontak. Sekitar 3 juta orang diyakini terjebak di daerah kantong yang berbatasan dengan Turki.
Eksodus pengungsi terakhir terjadi setelah pemboman yang dilancarkan Suriah, yang dibantu oleh skuadron udara Rusia. Pejabat Turki mengungkapkan, sekitar 200.000 pengungsi di Idlib berkemah dekat dengan perbatasan Turki, setelah melarikan diri dari serangan pemerintah Suriah sebelumnya.
Meski begitu, sejumlah pengamat menduga Erdogan sedang putus asa dalam menghindari eksodus pengungsi ke Turki. “Dia menghadapi konsekuensi dari menampung banyak sekali pengungsi di Turki,” kata professor Serhat Guvenc, profesor hubungan internasional pada universitas Kadir Has Istanbul.
“Konsekuensi ini berupa hilangnya elektabilitas dalam pemilu lokal di sejumlah kota, termasuk Istanbul. Banyak penasihat dan pengamat menghubungkan kekalahan itu dengan menampung para pengungsi,” menurut Serhat. (ti/ii)