Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pada Kamis (30/6), memperingatkan Swedia dan Finlandia bahwa dia masih bisa memblokir upaya mereka bergabung dalam NATO jika mereka gagal menerapkan kesepakatan aksesi baru dengan Ankara.
Erdogan mengatakan hal itu pada akhir pertemuan puncak NATO di mana aliansi yang dipimpin oleh Amerika Serikat itu mengundang kedua negara Nordik untuk bergabung dengan blok beranggotakan 30 negara tersebut.
Kedua negara nordik itu menghapus sejarahnya untuk tidak bergabung dalam aliansi militer apapun dan berencana bergabung dengan NATO sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Upaya mereka cepat mendapat persetujuan hingga Mei lalu ketika Erdogan menyatakan keberatan.
Erdogan menuduh kedua negara melindungi militan Kurdi dan mempromosikan "terorisme." Ia juga menuntut mereka mencabut embargo senjata yang diberlakukan sebagai tanggapan atas serangan militer Turki tahun 2019 ke Suriah.
Erdogan menarik keberatannya dan mengadakan pertemuan yang hangat dengan Presiden Joe Biden, diikuti dengan janji penjualan pesawat tempur baru ke Turki.
Namun, kepada wartawan pada konferensi pers dadakan yang diadakan saat KTT berakhir, Erdogan mengatakan bahwa memorandum itu tidak berarti Turki akan secara otomatis menyetujui keanggotaan kedua negara. Ia memperingatkan bahwa perilaku Swedia dan Finlandia pada masa depan akan memutuskan apakah dia akan meneruskan pengajuan mereka ke parlemen Turki atau tidak.
Seorang diplomat senior Turki di Washington mengatakan proses ratifikasi dapat dilakukan paling cepat pada akhir September dan mungkin menunggu hingga 2023. Parlemen sendiri akan memulai reses mulai Jumat (1/7). Seorang sumber diplomatik Barat di lorong-lorong KTT NATO menuduh Erdogan terlibat "pemerasan." [ka/rs]
Forum