Facebook hari Senin (21/10) mengatakan pihaknya memperketat keamanannya untuk pemilihan umum di Amerika tahun 2020, dengan meningkatkan pengawasan terhadap media "milik pemerintah" yang berusaha memanipulasi warga pemilih.
Apa yang dilakukan Facebook itu menambah rangkaian langkah yang telah diambil media jejaring sosial terkemuka itu sejak tahun 2016, ketika entitas asing secara mencolok terlibat dalam kampanye di Amerika di media sosial.
"Intinya adalah pemilu telah berubah secara signifikan sejak tahun 2016, dan Facebook juga telah berubah," ujar kepala eksekutif Facebook Mark Zuckerberg dalam konferensi telepon.
Salah satu langkah baru itu adalah pemberian label pada pesan-pesan yang datang dari media milik pemerintah, mulai bulan depan.
"Kami akan menuntut halaman-halaman ini menerapkan standar transparansi yang lebih tinggi karena mereka menggabungkan opini yang memengaruhi pengambilan keputusan dari organisasi media, dengan dukungan strategis suatu negara," ujar Facebook seperti tertuang dalam artikel di salah satu blog.
Facebook juga mengatakan akan berusaha membatasi penyebaran informasi yang salah dengan menggunakan "pop-up" yang akan muncul ketika orang hendak berbagi postingan di Instagram yang faktanya telah dibantah oleh pihak ketiga sebagai pemeriksa.
"Selain label yang lebih jelas, kami juga berusaha bertindak lebih cepat guna mencegah informasi yang salah tersebar luas, terutama mengingat bahwa pelaporan yang berkualitas dan pengecekan fakta membutuhkan waktu," ujar Facebook.
"Di banyak negara, termasuk di Amerika, jika muncul sinyal bahwa suatu konten tidaklah benar, untuk sementara kami mengurangi penyebarannya sambil menunggu hasil tinjauan oleh pemeriksa fakta pihak ketiga."
Facebook mengatakan pihaknya menawarkan perlindungan baru bagi akun kandidat politik, memantau akun mereka agar terhindar dari peretasan atau pembajakan. Media sosial itu juga mengurai langkah-langkah untuk melindungi diri dari "penindasan pemilih" mencakup semua upaya untuk menyesatkan orang tentang di mana atau kapan memilih.
Dalam perkembangan terkait, Facebook mengatakan menghapus empat jaringan akun dari Rusia dan Iran karena "perilaku yang tidak otentik yang terkoordinasi" di Facebook dan Instagram.
"Semua operasi itu membuat jaringan akun untuk menyesatkan orang lain tentang siapa mereka dan apa yang mereka lakukan," kata kepala keamanan siber Facebook Nathaniel Gleicher.
Tiga dari kelompok tersebut berasal dari Iran dan satu dari Rusia, dan mereka menarget pengguna di Amerika, Afrika Utara, dan Amerika Latin.
Salah satu kelompok Rusia menggunakan postingan dengan identitas tersembunyi untuk membuat komentar "pada kedua sisi isu politik yang mencakup topik-topik seperti pemilihan di Amerika, masalah lingkungan, ketegangan rasial, isu LGBTQ, kandidat politik, ide-ide konfederasi, konservatisme dan liberalisme," kata Facebook.
Akun Iran yang "disamarkan sebagai entitas berita" memposting artikel dengan beragam topik termasuk hubungan ras, kebijakan Amerika dan Israel tentang Iran dan gerakan Black Lives Matter. (ka/jm)